Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Strategi Jokowi dan Prabowo di Babak Final

Kompas.com - 08/04/2019, 11:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEPEKAN yang menentukan. Ada sejumlah "pergerakan" yang menarik dicermati. Masif, Unik, dan penuh gimik. Inikah cara kandidat menyeka gangguan yang menerpa?

Sepekan menjelang, ada sejumlah aksi-aksi unik yang bisa dicermati. Aksi ini bukan hanya dalam waktu dekat, tapi dibangun dalam kaitan dengan aksen yang telah terbentuk sebelumnya.

Dalam buku An Introduction to Political Communication, Brian McNair mengungkapkan bahwa iklan politik tak akan lagi punya kekuatan digdaya. Aksi spontan lah yang membuat kapitalisasi pesan dalam berbagai kanal komunikasi massa (termasuk media sosial) akan terlipatgandakan (McNair, 2003).

Terlepas itu disengaja atau tidak, pasti akan menjadi sebuah dasar untuk menguatkannya, terlebih di era Post-Truth saat ini di mana media sosial berperan besar dalam sisi orisinalitasnya. Peristiwanya yang bisa jadi biasa, tapi amplifikasi dan pesannya jadi luar biasa!

Bumbu-bumbu yang menyertai juga tak kalah menggetarkan. Ada bumbu yang gurih, ada pula yang pahit. Tergantung si peracik hendak membuat bahan akan jadi seperti apa.


Jokowi dan KRL

Saya mulai dengan pemandangan saat Presiden Joko Widodo, yang hendak pulang kerja dari Jakarta menuju Istana Bogor, dengan menggunakan KRL.

Ada suasana tak biasa di sini. Pertama, Jokowi (saat itu memang bukan sedang kampanye, melainkan pulang kerja sebagai Presiden), nyaris tak tampak sama sekali pengawalan dari Paspampres.

Meski belakangan diketahui, Komandan Paspampres Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak yang berada beberapa meter dari Jokowi yang kala itu tengah diapit rapat sejumlah penumpang lainnya.

Baca juga: Pulang ke Istana Bogor, Jokowi Naik KRL Commuterline

Aksi berbahaya? Pihak keamanan yang lebih tahu, meski risiko pasti ada, dan Paspampres saya meyakini sudah menyiapkan Contigency Plan (Rencana Darurat), jika terjadi sesuatu.

O iya, suasana ini, sama sekali tidak ada media yang meliput. Sang Presiden menyebut, ia pulang naik KRL di jam yang sedang penuh-penuhnya (17.45 wib) , tak ada rencana alias mendadak.

"Ya tujuannya untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Dan kita betul-betul merasakan betul kondisi sebenarnya. Mau bergerak saja tidak bisa, terutama yang dari Jakarta ke Depok itu mau bergerak saja tidak bisa," kata Jokowi kepada wartawan di sela-sela kunjungan kerja di Lampung Selatan, Jumat dua hari setelahnya (8/3/2019).

Kita simpan sementara suasana Jokowi di KRL-nya...


Prabowo dan nenek tua


Saya beralih ke suasana Capres 02, Prabowo Subianto, saat kampanye di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat orasi di panggung, mendadak seorang nenek tua, naik ke atas, memeluk Prabowo. Sontak riuh rendah banyak pendukung bergemuruh. Suasana haru menyelimuti.

Sumirah (85) atau yang akrab disapa Papuq Irah yang peluk Prabowo saat kampanye di Mataram.KOMPAS.com/KARNIA SEPTIA Sumirah (85) atau yang akrab disapa Papuq Irah yang peluk Prabowo saat kampanye di Mataram.
Belakangan muncul desas-desus, sang nenek dibayar Rp 500.000. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi membantah hal ini dan menyebutnya sebagai fitnah.

Tak kurang sang Nenek yang belakangan diketahui bernama Irah, bersaksi "Demi Allah, saya tidak terima uang Rp 500.000 dari Pak Prabowo", katanya sambil menangis. Kasihan nenek tua yang hingga terbawa arus politik era Post-Truth.

Baca juga: Peluk dan Cium Prabowo, Nenek Irah: Satu Peser Pun Saya Tak Pernah Terima Uang

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com