Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Politik dan Kadernya Diminta Tidak Ikut Propagandakan Hoaks di Medsos

Kompas.com - 11/01/2019, 19:18 WIB
Christoforus Ristianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai politik dan kadernya diminta untuk tidak ikut mempropagandakan hoaks selama masa debat hingga Pemilu 2019.

Hal itu disebut akan mengacaukan preferensi pemilih, khususnya anak muda yang mudah terpapar informasi di media sosial.

"Aktor politik juga harus self correction, dewasa, dan tanggung jawab sebagai bagian dari warga negara juga. Mereka sejatinya punya kesadaran, baik individu maupun partai politik," kata peneliti politik LIPI, Irine Hiraswari Gavatri dalam diskusi "Memilih Melampaui Hoaks" di Kuningan, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

Baca juga: Hoaks Kian Masif, Masyarakat Diajak Berpikir Kritis Jelang Pemilu 2019

Hal itu, lanjut Irine, menyusul adanya hoaks tujuh kontainer surat suara tercoblos yang banyak diperbincangkan aktor politik di media sosial. Menurutnya, partai politik dan kadernya punya tugas memberikan pendidikan politik ke masyarakat.

"Jangan sampai karena aktor politik yang ikut mempropagandakan hoaks, maka para pemilih muda ini malah semakin tidak suka dengan politik. Intinya jangan sembarangan di media sosial," paparnya.

Sementara itu, Direktur Indonesia Public Institute Karyono Wibowo menambahkan, hoaks yang ikut dipropagandakan oleh aktor politik juga akan membuat kemunduran demokrasi di Indonesia.

Baca juga: Polisi: Penyebar Hoaks Surat Suara Tercoblos Pendukung Paslon Tertentu

Sebab, menurutnya, demokrasi sejatinya berpihak kepada kedaulatan rakyat yang berhak menerima informasi yang benar.

"Tapi dengan adanya hoaks, masyarakat jadi bingung karena tidak ada yang bisa dipercaya. Lebih kecewa lagi kalau ada aktor politik atau partai politik tertentu yang mengambil keuntungan dari hoaks," papar Karyono.

Maka dari itu, baginya, pemberantasan hoaks selama masa kampanye hingga hari pemilihan harus ditegakkan melalui hukum yang tegas.

Baca juga: Seorang Guru Ditetapkan Jadi Tersangka Kasus Hoaks Surat Suara

Kepolisian dan aparat hukum lainnya punya peran dalam memberikan efek jera kepada pelaku pembuat hoaks.

"Penegakkan hukum harus kuat agar hoaks tidak menyebar ke mana-mana. Pendidikan literasj juga perlu disebarluaskan ke masyarakat," tuturnya.

Kompas TV Siapa aktor hoaks 7 kontainer surat suara dicoblos?Apa yang sudah dilakukan polisi untuk menangkap pembuat dan penyebar hoaks surat suara yang tercoblos? Apakah benar surat suara tercoblos sudah direncanakan? Simak pembahasannya dalam Sapa Indonesia berikut ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com