Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Johan Budi Alami Teror saat Jadi Jubir KPK

Kompas.com - 09/01/2019, 19:22 WIB
Ihsanuddin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo menceritakan pengalamannya mendapatkan teror dan intimidasi saat masih menjadi juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Kejadian seperti ini memang waktu saya di KPK pernah mengalami, saya pribadi juga pernah mengalami teror atau intimidasi itu," kata Johan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

Hal ini disampaikan Johan menanggapi teror bom molotov terhadap Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif.

Baca juga: Pelempar Bom Molotov di Rumah Wakil Ketua KPK 2 Orang Berboncengan Motor

Johan mengatakan, saat menjadi juru bicara KPK, ia juga kerap mengalami teror dan Intimidasi serupa.

"Saya dulu pernah roda mobil saya itu dikendurin, terus ditabrak pernah itu naik mobil. Ditabrak dari samping," kata Johan.

Selain itu, pernah juga selang radiator mobil Johan digunting. Alhasil, mesin langsung terbakar saat Johan menjalankan mobilnya.

Baca juga: Polisi: Dua Bom Molotov Dilemparkan ke Rumah Wakil Ketua KPK

Menurut dia, montir saat itu menyatakan tak mungkin kabel radiator tersebut putus dengan sendirinya.

"Dulu kan parkirnya masih di pinggir jalan dan pulangnya juga malam, kan," tambah dia.

Johan meyakini, teror yang ia alami itu ada hubungannya dengan pekerjaannya sebagai juru bicara KPK. Johan menyinyalir banyak yang tak menyukai dirinya karena kerap kali bicara di media mengenai kasus yang menjerat para koruptor.

"Anda tahu pekerjaan saya kan dulu mengumumkan tersangka, tentu banyak orang yang tak suka, ada pihak-pihak yang tak suka," kata dia.

Baca juga: Rumah Wakil Ketua KPK Dilempar Bom Molotov, Polisi Kerahkan Densus 88

 

Bahkan menurut Johan, teror terhadap pimpinan, penyidik hingga pegawai KPK tak hanya sebatas fisik. Ada juga teror yang bersifat magic seperti menggunakan santet. Namun, teror jenis ini tak dialami langsung oleh Johan.

Meski kerap diteror, namun menurut dia para personil di KPK tak pernah sampai melapor ke polisi atau mengungkapkan cerita ini kepada media.

Kini, setelah tak lagi bekerja di KPK, baru lah Johan bersedia membagikan cerita teror yang dialaminya kepada publik.

"Dulu kita enggak pernah. Jadi dulu itu ada kesepakatan tidak tertulis. Tapi kita keamanan ditingkatkan," kata dia.

Kompas TV Pihak kepolisian mengungkapkan bom yang meledak di rumah ketua KPK Agus Rahadjo merupakan bom rakitan. Hal ini berdasarkan penemuan tas yang berisikan barang yang diduga bom rakitan.<br /> <br /> Polisi merilis ditemukan tas warna hitam yang berisi barang yang diduga bom rakitan jenis high explosive di kediaman Ketua KPK Agus Rahardjo di Perum Graha Indah Jatimekar Bekasi Jawa Barat. Sebelumnya polisi menemukan tas warna hitam digantung di pagar depan rumah. Setelah itu polisi memeriksa tas dan melihat rangkaian bom. Selanjutnya dilakukan pengamanan serta penjinakan bom dengan cara melepaskan baterai dan detonator yang berfungsi sebagai pemicu ledakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com