Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Erick Thohir, Wasekjen Demokrat Sebut SBY Berkontribusi terhadap Industri Kreatif

Kompas.com - 22/11/2018, 12:15 WIB
Ihsanuddin,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekjen Partai Demokrat Putu Supadma Rudana membantah pernyataan Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir, yang mengklaim Presiden Joko Widodo sebagai Presiden pertama yang memperhatikan sektor industri kreatif.

"Saya rasa Erick Thohir sangat tidak paham dan memalukan sebagai ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Erick harusnya melihat data sebelum bicara," kata Putu dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/11/2018).

Putu lantas memaparkan kontribusi Presiden keenam RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk industri kreatif di Indonesia.

Baca juga: SBY Baru Kampanyekan Prabowo-Sandiaga pada Maret 2019, Apa Kata Tim Pemenangan?

Menurut dia, sejak 2006, SBY sudah menginstruksikan pengembangan ekonomi kreatif di Indnesia. Pada tahun 2007, dilakukan peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia pada Trade Expo Indonesia.

Di tahun 2008, SBY meluncurkan cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 dan Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia.

Selain itu, di 2009 juga ada pencanangan Indonesia Kreatif.  Tak hanya itu, sejak 2009 Pemerintahan SBY menggelar Pekan Produk Kreatif dan Pameran Ekonomi Kreatif.

Jadi, kata dia, badan ekonomi kreatif sebenarnya sudah ada sejak era SBY, dengan nama pariwisata ekonomi kreatif.

"Ini sangat disayangkan kapasitas ketua timses pak Jokowi seperti ini. Pernyataan Erick sangat prematur dan menunjukan ketidak pahaman tentang ekonomi kreatif serta membuat malu Presiden Jokowi," ujar Putu.

Putu justru menyindir era kepemimpinan Jokowi yang menurut dia sudah menurunkan anggaran untuk badan ekonomi kreatif dari sekitar Rp 1,5 Triliun menjadi Rp 659 Milyar di tahun 2019.

"Saya sebagai anggota komisi X DPR RI justru merasa bahwa Bekraf ini pelan pelan dikerdilkan bukan diperhatikan, padahal banyak program-program ekonomi kreatif yang berfokus pada kearifan lokal dan memberikan kontribusi kepada masyarakat harus dikembangkan dengan maksimal," kata dia.

Atas dasar data-data yang ia paparkan itu, Putu menilai Erick Thohir aneh dan tidak paham substansi. Ia juga menilai bos Mahaka Group itu asal bicara dan menerapkan prinsip asal bapak senang (ABS). 

"Lebih baik pak Jokowi mempertimbangkan kembali, apakah Erick Thohir pantas sebagai ketua tim kampanye nasional (TKN) Jokowi - Maaruf," kata Putu.

Dikutip Tribunnews.com, Erick Thohir menilai Jokowi merupakan Presiden pertama yang memperhatikan industri kreatif.

Baca juga: Prioritas Demokrat dan SBY yang Baru Turun Gunung Bulan Maret untuk Prabowo

"Beliau (Jokowi) yang pertama kali melakukan trobosan industri kreatif di Indonesia," kata Erick Thohir kepada wartawan dalam acara #01Fest di Epiwalk, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (17/11/2018).

Jika ada seseorang yang mengaku-ngaku menginisasi industri kreatif di Indonesia, Erick Thohir justru mempertanyakan hal tersebut.

"Pak Jokowi sebagai presiden yang pertama kali melakukan ada sebuah badan industri kreatif. Beliau yang pertama kali jadi kalau ada yang mengaku-ngaku ya agak aneh," pungkas Erick Thohir.

Kompas TV Pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia masih menghadapi sejumlah masalah. Salah satunya soal regulasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com