Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPN Prabowo-Sandiaga: Kritik Bukanlah "Genderuwo" yang Menakutkan

Kompas.com - 12/11/2018, 14:31 WIB
Kristian Erdianto,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Priyo Budi Santoso, menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo soal "politik genderuwo" cenderung reaktif dan berlebihan dalam menanggapi kritik dari berbagai pihak.

Dalam sambutannya pada peringatan HUT Ke-4 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Indonesian Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (11/11/2018) malam, Presiden Jokowi kembali menyinggung soal politik genderuwo yang menyebarkan ketakutan kepada generasi muda.

"Itu terlalu reaktif. Mungkin ini ekspresi rasa khawatir yang berlebihan terhadap kritikan berbagai komponen masyarakat atas situasi sosial dan ekonomi akhir-akhir ini," ujar Priyo saat dihubungi, Senin (12/11/2018).

Baca juga: Sudirman Said: Waspada Genderuwo Ekonomi, Tak Tampak tapi Nakutin

Menurut Priyo, Presiden Jokowi keliru jika menuduh kritik tajam sebagai propaganda atau bentuk pesimisme.

Sementara banyak pihak yang melihat terpuruknya perekonomian Indonesia sebagai sebuah fakta.

Seharusnya, menurut dia, pemerintah menerima segala bentuk kritik dengan lapang dada dan berupaya memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat saat ini.

"Kritikan adalah hal lumrah dan bisa terjadi di tahun politik maupun bukan tahun politik. Kritik bukanlah gendruwo yang menakutkan. Mestinya diterima lapang dada untuk perbaikan," kata Sekjen Partai Berkarya itu.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut ada pihak-pihak di dalam negeri yang berusaha menakut-nakuti anak muda bangsa.

Baca juga: Soal Politik Genderuwo, Ini Tanggapan Sekjen Demokrat

Padahal, bangsa lain saat ini takut terhadap Indonesia, khususnya terhadap anak muda Indonesia, lantaran anak muda membawa banyak perubahan yang progresif.

Jokowi mengatakan, rakyat harus waspada terhadap pihak-pihak yang gemar menakut-nakuti itu.

Presiden mengatakan, tindakan menakut-nakuti itu tidak bisa dibenarkan.

Sebab, hal itu akan membunuh keberanian dan kreativitas rakyat. Indonesia, kata Jokowi, membutuhkan narasi dan suasana kepemimpinan yang membangun optimisme.

"Yang harus diwaspadai adalah ada dari dalam negeri yang menakut-nakuti anak muda kita sendiri. Ada yang menakut-nakuti rakyat kita sendiri," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya di acara peringatan HUT Ke-4 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Indonesian Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan, Minggu (11/11/2018) malam.

"Yang kita butuh narasi suasana kepemipinan yang membangun optimisme, bukan politik genderuwo yang menyebarkan ketakutan," ucapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com