JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, kampanye merupakan bentuk dialog antara peserta pemilu dengan pemilih.
Kampanye, kata Titi, bukan monolog yang menempatkan pemilih sebagai lumbung suara yang hanya mendengarkan janji-janji para kandidat.
Dalam kampanye, harus terbangun interaksi antara peserta dan pemilih.
Baca juga: Perludem: Pemilih Jangan Mau Diperdaya Janji Manis Peserta Pemilu
"Sebenarnya kampanye itu adalah dialog, bukan monolog. Bukan sekadar kita mendengarkan apa yang ditawarkan calon, sehingga terbangun interaksi," kata Titi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/10/2018).
Ia mengatakan, kecenderungannya selama ini kampanye hanya berupa monolog peserta pemilu kepada pemilih.
Seolah-olah, pemilih hanya sekadar lumbung suara yang mendengarkan janji-janji para calon.
Baca juga: Hormati Putusan MK soal Presidential Threshold, Perludem Siapkan Upaya Selanjutnya
Belum ada interaksi dua arah untuk mengelaborasi pembangunan.
"Selama ini sekadar para calon itu lebih banyak datang membawa simbol-simbol, kayak simbol anak muda pakai sepatu sneakers, pakai jaket, atau simbol emak-emak, pergi ke pasar," ujar Titi.
"Tapi kemudian membangun dan melibatkan mereka langsung dari bagian pembuat kebijakan untuk kemudian dielaborasi bersama, itu hampir tidak ada," sambung dia.
Titi mengatakan, seharusnya peserta pemilu membangun dialog untuk melahirkan kebijakan-kebijakan sesuai kebutuhan para pemilih.
Baca juga: Perludem: Mau Tidak Mau, Kita Harus Terima Putusan MK soal Ambang Batas Pencalonan Presiden
Pemilih juga harus memantau akuntabilitas para calon untuk memastikan realisasi janji para kandidat.
Untuk mengukur kemampuan kandidat dalam merealisasikan janjinya, lanjut dia, pemilih harus cermat melihat rekam jejak peserta pemilu.
Misalnya, rekam jejak dalam profesi sebelumnya maupun catatan hukum peserta.
"Memang mereka belum menjadi pembuat kebijakan, tetapi kan dari hasil interaksi dan tatap muka itu mestinya publik juga tetap bisa menangkap apa yang mereka rencanakan untuk dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil tatap muka dengan pubik," kata Titi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.