Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Basarnas: Enggak Ada yang Terisolasi, Kami Sudah Bisa Jangkau Semua

Kompas.com - 02/10/2018, 15:31 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan SAR Nasional Muhammad Syaugi memastikan, timnya bersama TNI/Polri terus mengevakuasi korban bencana di Sulawesi Tengah.

Terutama, di daerah-daerah pelosok yang jauh dari kota.

"Kami sudah terbangkan helikopter ke sana, karena banyak daerah-daerah yang kita tidak tahu di mana ada korban yang tidak terlaporkan. Karena mungkin masyarakat hanya melaporkan di sekitarnya saja sehingga kita tidak tahu di luar itu bagaimana," ujar Syaugi di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (2/10/2018).

Ia mengatakan, berdasarkan penyisiran timnya di daerah-daerah pelosok itu, korban yang bisa dievakuasi sebanyak 9 orang.

Baca juga: Basarnas Selamatkan 1 Orang Terjepit Puing Gedung Mandala Finance

Sementara, pada Senin (1/10/2018) kemarin, total jumlah korban yang dievakuasi sebanyak 38 orang.

Syaugi mengatakan, akses ke sejumlah permukiman di pelosok daerah terdampak bencana itu sebenarnya tidak terputus alias dapat diakses. Tim SAR bisa masuk ke sana dengan relatif mudah.

"Enggak ada yang disebut terisolasi ya. Kami sudah bisa menjangkau semua. Hanya ini masalah waktu saja," ujar Syaugi.

Namun, akses itu cukup sulit untuk dilewati oleh alat berat. Oleh karena itu, para personel yang dikerahkan Basarnas masih menunggu ada fasilitas yang bisa membawa alat berat ke daerah-daerah pelosok tersebut.

"Jadi tidak mudah untuk langsung menuju ke titik yang ingin dievakuasi. Inilah ya yang menjadi kesulitan kami," ujar dia.

Baca juga: Basarnas: Ada 50-60 Orang Masih Tertimbun di Reruntuhan Hotel Roa Roa

Salah satu kesulitan lainnya adalah gempa susulan yang masih sering terjadi. Gempa susulan itu membuat struktur reruntuhan di mana dideteksi terdapat korban menjadi berubah.

Hal itu juga menyulitkan evakuasi karena petugas harus berhati-hati.

Sejak gempa bumi bermagnitudo 7,4 mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala dan disusul tsunami setinggi 3 meter, korban jiwa dan kerusakan terus bertambah.

Hingga Selasa (2/10/2018) pukul 13.00 WIB, korban tewas akibat gempa dan tsunami di Sulteng bertambah menjadi 1.234 Orang.

Selain itu, sebanyak 799 orang mengalami luka berat. Mereka tengah dirawat di rumah sakit.

Para korban meninggal tersebut diketahui berasal dari Kota Palu, Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, dan Sigi.

.

.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bantuan Untuk Donggala-Palu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com