Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Mahasiswa Muhammadiyah, Jokowi Ditanya soal Freeport hingga TKA

Kompas.com - 06/08/2018, 18:47 WIB
Ihsanuddin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menerima 177 mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/8/2018) siang.

Para mahasiswa itu merupakan perangkat dan peserta Muktamar XVIII IMM di Malang, Jawa Timur, Rabu, 31 Juli 2018 lalu. Namun, pertemuan tertutup lebih banyak berlangsung tertutup.

Wartawan hanya diperbolehkan meliput pada menit-menit awal pidato Jokowi.

Baca juga: Muhammadiyah Harap Institusi Agama Tak jadi Alat Kepentingan Politik

Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari mengungkapkan, saat sesi yang tertutup dari media, Jokowi lebih banyak berinteraksi dengan mahasiswa.

Kepala Negara membuka kesempatan kepada para mahasiswa tersebut untuk bertanya.

Para mahasiswa pun mengajukan pertanyaan kritis. Salah satu mahasiswa dari IMM Pusat bertanya soal divestasi saham PT Freeport sebesar 51 persen.

Baca juga: Muhammadiyah Usul 6 Poin Nawacita ke-2 untuk Jokowi

Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari usai mendampingi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bertemu Presiden Jokowi di Istana, Senin (6/8/2018).KOMPAS.com/Ihsanuddin Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari usai mendampingi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bertemu Presiden Jokowi di Istana, Senin (6/8/2018).

Ia menilai bahwa keberhasilan pemerintah mendapatkan mayoritas saham perusahaan tambah yang berbasis di Amerika Serikat itu hanya permainan kata-kata.

"Yang 51 persen itu sebetulnya cuman permainan kata atau bahasa yang sejatinya kita itu rugi karena sejatinya kontrak itu kan sudah selesai (pada 2021), mestinya sudah selesai kembali saja ke Indonesia," kata Hajriyanto menirukan pertanyaan kritis Mahasiswa.

Menjawab hal itu, menurut Hajriyanto, Jokowi memberikan beberapa argumentasi kenapa divestasi saham Freeport 51 persen adalah jalan terbaik.

Baca juga: Presiden Jokowi Bertemu 177 Mahasiswa Muhammadiyah di Istana

Pertama, adalah menyangkut teknologi. Menurut Jokowi, alat-alat untuk bekerja di Freeport adalah alat yang sangat canggih yang belum dimiliki oleh Indonesia.

"Sehingga kalau kita mau beli perlu investasi yang sangat besar. Karena kalau kita mau ambil sepenuhnya begitu, maka kemudian investasi untuk alat-alat itu menyampai ratusan triliun, kira-kira darimana," kata Hajriyanto menirukan jawaban Jokowi.

Selain itu, Jokowi juga beralasan bahwa masyarakat Indonesia juga masih harus belajar mengelola tambang besar seperti Freeport.

Baca juga: Ketua MPR Ajak Pemuda Muhammadiyah Berkarya dan Tolak Politik Uang

"Kita ini jangan sok bisa kalau memang nyatanya belum bisa, jadi tidak apa-apa, bangsa lain juga belajar, kita juga perlu belajar dulu," ujar Hajiryanto menceritakan ulang pernyataan Jokowi.

Selain itu, menurut Hajiryanto, Jokowi juga dalam kesempatan itu mengakui bahwa perundingan pemerintah Indonesia dan Freeport berjalan dengan sangat alot. Proses negosiasi bahkan memakan waktu 3,5 tahun.

Selanjutnya, pertanyaan kedua datang dari Mahasiswa IMM asal Morowali. Mahasiswa tersebut, kata Hajriyanto, menanyakan soal banyaknya tenaga kerja asing di daerahnya.

Baca juga: Muhammadiyah: Bangsa Jangan Pecah karena Beda Pilihan Politik

"Ya dijelaskan oleh presiden, tentang proses pengerjaan banyak hal di Morowali itu ya memang memerlukan keterampilan yang sangat terampil, sehingga kita yang harus belajar mendampingi, kemudian nanti kita tangan sendiri," kata mantan Wakil Ketua MPR ini. 

Presiden juga, lanjut Hajriyanto, menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu takut dan khawatir. Sebab, negara lain seperti Uni Emirat Arab hingga Malaysia jumlah tenaga kerjanya jauh lebih banyak dari Indonesia.

"Di Emirate Arab, Presiden memberi contoh, itu tenaga kerja asing itu 82 persen. Di Malaysia itu 5 persen, di negara-negara lain juga tinggi. Kita itu tenaga kerja asing cuman 0,3 persen. Jadi tidak perlu khawatir," ujar dia. 

Kompas TV Din Syamsuddin berpesan kepada umat islam untuk tidak terjebak dalam penilaian hitam dan putih kepada calon presiden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com