JAKARTA, KOMPAS.com - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei terkait harapan publik dan isu terorisme.
Hasilnya, mayoritas responden menganggap masyarakat sipil kurang memerhatikan isu terorisme. Padahal masyarakat sipil dinilai punya peran besar untuk menanggulangi terorisme.
"Civil society kita dinilai belum bergerak mewacanakan isu anti terorisme secara cukup atau memberi pengertian. Ini menjadi PR kita bersama," ujar Peneliti LSI Denny JA Adrian Sopa di Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Baca juga: Survei LSI: 82 Persen Responden Khawatir Terorisme
Berdasarkan survei LSI, sebanyak 53,7 persen responden menilai masyarakat sipil kurang memberi perhatian kepada isu terorisme. Sementara, 37,8 persen menilai cukup memberi perhatian, adapun 8,5 persen tidak menjawab.
Selain itu, masyoritas responden juga menyatakan mendukung jika masyarakat sipil berinisiatif membangun forum bersama untuk menggulangi terorisme.
Masyarakat sipil yang dimaksud diantaranya lembaga swadaya masyarakat dan media massa.
Sebanyak 79,9 persen responden menilai setuju, sementara 4,7 persen menyatakan tidak setuju, dan 15,4 persen tidak menjawab.
Tak hanya itu, mayoritas responden juga menyatakan setuju terkait rencana kenaikan anggaran bagi aparat hukum dengan tujuan pemberantasan terorisme.
Persentasenya, sebanyak 51,3 persen responden menyatakan setuju, 24,2 persen menyatakan tidak setuju dan 24,5 persen tidak menjawab.
Baca juga: Pengacara: Terorisme oleh Anggota Dilakukan Perseorangan, Tak Libatkan JAD
"Pemerintah harus menjadi garda terdepan, disitu ada kepolisian tetapi kami melihat itu tidak cukup. Perlu juga misalnya dalam kasus tertentu TNI bisa masuk ke sana dan masyarakat sipil ini bisa lebih mewacanakan isu anti terorisme ini," kata Adrian.
Pengumpulan data survei dilakukan pada 28 Juni - 5 Juli 2018. Matode sampling menggunakan multistage random samping dengan jumlah 1.200 responden di seluruh wilayah di Indonesia.
Survei dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner. Adapun margin of error survei tersebut, kurang lebih 2,9 persen.