Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wiranto Tangani Kemelut Konflik Ambon 19 Tahun Silam

Kompas.com - 10/07/2018, 18:54 WIB
Yoga Sukmana,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya meredakan konflik Maluku 1999 masih membekas di benak Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto.

Saat itu, 19 tahun silam, sebagai Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) RI Wiranto ikut bergelut untuk menangani salah satu konflik besar pasca reformasi tersebut.

Pengalamannya itu ia sampaikan saat berbicara dalam acara Sarasehan Nasional: Belajar dari Resolusi Konflik dan Damai Maluku di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Wiranto tak menyangka konflik akan pecah di Maluku. Sebab, secara historis, masyarakat Maluku dikenal hidup damai saling berdampingan meski ada perbedaan suku atau agama sekalipun.

"Leluhurnya sudah menancapkan semangat kerjasama, gotong royong, semangat bersama-sama, tak pernah pecah," kata dia.

Baca juga: 15 Tahun Konflik Ambon, Warga Berkumpul di Gong Perdamaian

Misalnya, kebiasaan umat Nasrani membantu mengecat dan merawat masjid. Begitu pula dengan umat Islam yang juga ikut merawat atau menjaga gereja.

Namun, perdamaian dan hidup rukun itu pecah pada 19 Januari 1999. Penyulutnya yakni pertikaian antar pemuda yang melebar hingga menjadi isu-isu yang sensitif agama.

Pada 21 Januari 1999, Wiranto datang ke Ambon dan meminta agar konflik disudahi. Namun, ia sadar himbauan tersebut tak cukup di tengah kondisi yang sudah panas.

Wiranto lantas kembali ke Jakarta dan memutuskan untuk memanggil seluruh perwira menengah dan tinggi ABRI asal Maluku yang bertugas di berbagai daerah.

Baca juga: Ubah Stigma Rawan Konflik, Ambon Gelar Tahun Kunjungan Wisata

Ia memerintahkan langsung para perwira menengah dan tinggi ABRI tersebut pulang ke Maluku meredakan situasi dan menyelesaikan konflik.

"Saya katakan 'pulang ke kampung kalian, damaikan mereka saudara-saudara kalian. Jangan pernah kembali ke Jakarta sebelum mereka damai'," kata Wiranto.

Dua bulan pasca perintah itu, Wiranto mendapatkan laporan situasi sudah aman dan konflik sudah selesai. Ia lantas diminta datang ke Ambon untuk memastikan hal itu.

Permintaan itu disambut Wiranto. Ia terbang ke Ambon untuk menghadiri acara simbolis tanda perdamaian di Lapangan Merdeka, Ambon.

Baca juga: Korban Konflik Ambon Rayakan Hari Perdamaian Dunia

Di sana ia diajak makan bersama dan melihat secara langsung masyarakat yang berdoa bersama, bahkan menangis atas peristiwa yang menewaskan banyak korban tersebut.

Namun, dua minggu pasca acara simbolis tanda perdamaian itu, Wiranto mendengar masih ada konflik. Dari sanalah, ia menyadari bara konflik belum padam meski sudah mengecil.

Setelah 3 tahun, konflik tersebut akhirnya benar-benar padam setelah semua pihak berupaya mendamaikan kelompok yang bertikai. Perjanjian Maluku damai pun ditandatangani di Malino pada Februari 2002.

Bagi Wiranto, keterlibatannya dalam upaya menyelesaikan konflik Maluku membuatnya merasa terpaut dengan Masyarakat Maluku. Ia berharap masyarakat di Kepulauan Rempah itu bisa hidup damai selamanya, tanpa konflik.


Kompas TV Menurut Wiranto, Jokowi telah membangun fondasi yang harus dilanjutkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com