JAMBI, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menilai harusnya siapapun orang yang ingin melakukan aksi teror bom berpikir ulang. Sebab, Tuhan sama sekali tidak merestui aksi bom bunuh diri.
Misalnya, bom di Rusun Wonocolo, Sidoarjo belum lama ini. Bom itu meledak sebelum digunakan untuk aksi teror susulan pasca bom di Surabaya.
"Tuhan tidak merestui. Baru membuat bom meledak sendiri, 3 meninggal," ujar Kapolri di Polda Jambi, Jumat (25/5/2018).
Selain itu, Kapolri juga yakin hal serupa terjadi saat peledakan bom di Polrestabes Surabaya. Satu anak dari pelaku teror bom justru selamat dan hanya mengalami luka.
Baca juga: Kapolri: Terorisme Bisa Berkembang Dimana Saja, Termasuk di Kampung-Kampung
Sementara itu, empat orang pelaku teror bom tewas di tempat. Ledakan bom tersebut juga melukai sejumlah aparat kepolisian yang sedang berjaga di pintu masuk Polrestabes Surabaya.
"Satu keluarga, Trimuryanto masuk ke Polrestabes Surabaya, dengan dua sepeda motor dan anaknya di depan umur 8 tahun perempuan," kata Tito. Empat meninggal meledak, kecuali anaknya kecil itu terlempar," kata dia.
"Padahal (petugas) yang di kanan dan kiri terluka, warga masyarakat mobil hancur, orangnya luka di dalam. Ini anaknya di sepeda motor di depan terlempar. Artinya anak ini diselamatkan oleh Allah. Kenapa? Karena Allah tidak suka," sambung Kapolri.
Baca juga: UU Antiterorisme Sah, Kapolri Akan Seret JAD dan JI ke Pengadilan
Sebelumnya, terdakwa kasus terorisme Aman Abdurrahman menyebut hanya orang-orang sakit jiwa yang menamakan serangkaian teror tersebut sebagai jihad.
"Dua kejadian (teror bom) di Surabaya itu saya katakan, orang-orang yang melakukan, atau merestuinya, atau mengajarkan, atau menamakannya jihad, adalah orang-orang yang sakit jiwanya dan frustrasi dengan kehidupan," ujar pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok yang diduga sebagai dalang bom Surabaya itu.
Aman menyampaikan, aksi bom bunuh diri yang dilakukan ibu dan anaknya di sebuah gereja di Surabaya terjadi karena pelakunya tidak memahami tuntunan jihad.
"Kejadian dua ibu yang menuntun anaknya terus meledakkan diri di parkiran gereja adalah tindakan yang tidak mungkin muncul dari orang yang memahami ajaran Islam dan tuntutan jihad, bahkan tidak mungkin muncul dari orang yang sehat akalnya," kata dia.