Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Peran Perempuan Kian Nyata dalam Aksi Radikal

Kompas.com - 16/05/2018, 07:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rangkaian aksi teror belakangan ini banyak disoroti elemen masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah para pelaku merupakan satu keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak yang dilibatkan.

Dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5/2018), pelaku bukan hanya Dita Oepriarto. Istri Dita, Puji Kuswati, turut menjadi pelaku bom bunuh diri, bahkan mengikut sertakan anak-anaknya.

Kemudian, keterlibatan perempuan juga terjadi pada ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Aksi tersebut dilakukan oleh Anton, beserta istri dan anaknya.

Tidak hanya itu, ada pula aksi bom bunuh diri yang dilakukan di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5/2018) pagi. Tri Murtiono, pelaku bom tersebut, mengajak serta istri dan anak-anaknya.

Sebelumnya, pada Sabtu (12/5/2018) lalu, aparat kepolisian mengamankan dua perempuan yang diduga akan melakukan penusukan terhadap anggota Brimob. Kedua perempuan berinisial DSM dan SNA diamankan bersama barang bukti berupa KTP, gunting, dan ponsel.

Baca jugaTerkait Bom Surabaya, Polisi Buru Satu Keluarga yang Dideportasi dari Turki

Terkait hal ini, Navhat Nuraniyah, peneliti dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mengatakan tren ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. "Kenapa perempuan terlibat, tren ini bisa kita lihat sejak ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) berdiri pada 2014-2015," kata Navhat di Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Navhat menyebut, ISIS pun kemudian mengeluarkan instruksi yang membolehkan perempuan melakukan jihad secara fisik pada sekira Oktober 2017 silam. Tren ini kemudian terlihat di Indonesia, ketimbang di kawasan lain seperti di Mindanao, Filipina Selatan.

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menuturkan, sebenarnya sudah sejak lama perempuan masuk ke dalam jaringan radikalisme maupun terorisme. Namun, baru-baru ini saja perannya terlihat semakin jelas.

"Mungkin baru sekarang kita sadar karena peran yang dimainkan langsung center stage," tutur Yenny.

Menurut Yenny, ada beberapa peran yang dimainkan perempuan dalam gerakan radikalisme dan terorisme. Pertama, perempuan merupakan perekrut orang untuk masuk ke dalam jaringan, maupun orang untuk dijadikan "pengantin" alias pelaku aksi teror.

Baca juga5 Korban Bom Surabaya Teridentifikasi, Salah Satunya Anak 15 Tahun

Kedua, perempuan pun kerap kali menjadi fundraiser atau penggalang dana untuk kegiatan radikalisme. Selain itu, perempuan pun menjadi pengatur logistik dalam aksi radikal atau teror.

"Kalau mau penyerangan, dia yang sewa mobil, sewa motor, atau beli ini itu," jelas Yenny.

Terakhir, peran lainnya adalah menjadi eksekutor. Peran ini yang terlihat dalam beberapa aksi teror baru-baru ini, termasuk aksi bom bunuh diri di Surabaya.

Dari sisi agama, Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Abdul Moqsith Ghozali menjelaskan, para pelaku teror dan bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu keliru membaca Al-Quran dan hadits. Tak hanya itu, mereka juga keliru memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.

Moqsith menyebut pula, perang yang digadang-gadang oleh para pelaku teror tersebut, khususnya di Surabaya, tidak sesuai dengan syariat Islam. Sebab, Islam tidak membenarkan perempuan dan anak-anak terlibat dalam perang.

Baca jugaMendikbud: Semua Anak dalam Ledakan Bom Surabaya adalah Korban

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com