Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon: Tingkat Kepuasan Masyarakat Saat Ini Tak Menentukan Keterpilihan Jokowi

Kompas.com - 23/04/2018, 14:15 WIB
Kristian Erdianto,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Gerindra Fadli Zon mengatakan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini tak akan menentukan kemenangan Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019.

Survei Litbang Kompas menunjukkan 72,2 persen responden puas dengan kinerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di empat bidang pemerintahan, yakni politik dan keamanan (polkam), hukum, ekonomi, serta kesejahteraan sosial.

Dibandingkan dengan setahun lalu, peningkatan kepuasan publik mencapai 9,1 persen.

"Sama sekali tidak (mempengaruhi keterpilihan Jokowi)," ujar Fadli saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Baca juga : Survei Kompas: Kepuasan Pemerintahan Jokowi Meningkat Jadi 72,2 Persen

Ia mencontohkan fenomena saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu, kata Fadli, tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat mencapai sekitar 70 persen.

Namun, saat pemilihan putaran kedua perolehan suara Ahok-Djarot lebih rendah dibandingkan suara yang diperoleh pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

"Sebagai contoh waktu Ahok itu kepuasan masyarakat 70 persen tapi hasilnya cuma 42 persen, tidak ada keterpilihan. Tingkat kepuasan itu di amerika terhadap parlemen itu belasan persen. Tapi ketika pemilu, 90-an persen itu semua terpilih lagi, senator dan anggota kongres," kata Fadli.

"Jadi itu tidak ada kaitannya antara tingkat kepuasan dengan keterpilihan," ucapnya.

Baca juga : Survei Kompas: Kepuasan Masyarakat Jadi Kunci Keterpilihan Jokowi

Selain itu, menurut Fadli, kendati berdasarkan survei elektabilitas Jokowi naik, namun masyarakat justru merasakan kesulitan, terutama di bidang ekonomi.

Ia menilai, banyak janji pemerintah yang belum terealisasi. Masyarakat, kata Fadli, semakin sulit untuk mencari pekerjaan dan harga-harga kebutuhan pokok naik.

"Orang-orang di sekitar presiden juga seharusnya jangan ABS, Asal Bapak Senang gitu ya. Coba dihadapi dong persoalan-persoalan yang ada di masyarkat. Saya menemui juga kemarin di sumatera Utara, di dapil saya dan berbagai tempat. Rata-rata sama, merasakan kesulitan-kesulitan hidup terutama di bidang ekonomi," ujar Fadli.

Hasil survei Litbang Kompas terkait kepuasan secara umum terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf KallaLITBANG KOMPAS Hasil survei Litbang Kompas terkait kepuasan secara umum terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla

 

Survei Litbang Kompas

Survei Litbang Kompas menunjukkan kepuasan publik terhadap pemerintahan Joko Widodo meningkat. Survei ini dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018, bertepatan dengan 3,5 tahun pemerintahan berjalan.

Dikutip dari Kompas, Senin (23/4/2018), 72,2 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja pemerintahan di empat bidang pemerintahan, yakni politik dan keamanan (polkam), hukum, ekonomi, serta kesejahteraan sosial. Dibandingkan dengan setahun lalu, peningkatan kepuasan publik mencapai 9,1 persen.

"Di balik sejumlah catatan kritis di bidang polkam dan ekonomi, kepuasan terhadap pemerintah meningkat karena indikator-indikator di bidang hukum dan kesejahteraan menuai apresiasi," kata peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan.

Baca juga : Survei Kompas: Jokowi Terganjal Masalah Harga Kebutuhan Pokok dan Lapangan Pekerjaan

Indikator bidang polkam yang mendapat catatan kritis terutama terkait ancaman konflik dan kebebasan berpendapat. Sementara indikator ekonomi yang sedikit mengalami pelemahan terkait masalah swasembada pangan, lapangan kerja, harga barang, dan nilai tukar rupiah.

"Namun, terjadi peningkatan apresiasi dalam pembangunan pasar tradisional dan pemerataan pembangunan," urai Bambang.

Sementara itu, kepuasan yang meningkat di bidang hukum terjadi karena meningkatnya apresiasi terhadap pemberantasan korupsi, penuntasan kasus hukum, dan aparat yang dinilai semakin adil.

Indikator yang meningkat di bidang kesejahteraan sosial adalah kepuasan terhadap kinerja pemerintah dalam menangani persoalan pendidikan dasar dan kesehatan masyarakat.

Kompas TV Romahurmuziy mengatakan Gerindra menawarkan opsi Prabowo Subianto untuk bisa jadi cawapres Joko Widodo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com