Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa Minta Penetapan Pengadilan untuk Sita Restoran Bos First Travel di London

Kompas.com - 02/04/2018, 19:31 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Depok meminta hakim mengeluarkan penetapan pengadilan untuk menyita Restoran Golden Day atau Nusa Dua di London.

Restoran tersebut merupakan milik bos First Travel Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan yang diduga dibeli dari uang calon jemaah umrah.

"Berdasar Pasal 81 TPPU, ketika barang bukti ditemukan setelah penyidikan, bisa meminta penetapan sita ke majelis hakim," ujar Heri dalam sidang di Pengadilan Negeri Depok, Senin (2/4/2018).

Baca juga : Ada Miliaran Rupiah untuk Biaya Bos First Travel Plesir Keliling Eropa

Jaksa Heri Jerman mengatakan, ia dan penyidik Bareskrim Polri telah mengecek langsung restoran di London itu.

Pengusaha di London, Usya Soemiarti Soeharjono, dihadirkan sebagai saksi dalam sidang First Travel, Senin (2/4/2018).KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA Pengusaha di London, Usya Soemiarti Soeharjono, dihadirkan sebagai saksi dalam sidang First Travel, Senin (2/4/2018).
Namun, karena saat itu akan dilakukan tahap dua atau pelimpahan barang bukti dan tersangka ke kejaksaan, maka hak guna usaha atas restoran itu belum sempat disita.

Oleh karena itu, ia menyerahkan kepada majelis hakim untuk mengeluarkan penetapan di tengah masa sidang. Menurut dia, bisa saja dari penyitaan restoran itu bisa dialihkan untuk kepentingan para korban.

"Ini bisa menjadi hak para calon jemaah nantinya," kata Heri.

Baca juga : Bos First Travel Beli Restoran agar Dapat Izin Menetap di London

Mendengar permintaan itu, majelis hakim akan mempertimbangkannya. "Kita nanti periksa. Silakan diajukan kalau memang belum disita," kata hakim.

Restoran di London itu mulai beroperasi pada pertengahan 2015. Bos First Travel membelinya melalui Usya Soemiarti Soeharjono, warga negara Indonesia yang menetap di London.

Harga awal yang ditawarkan dirasa sangat mahal yakni 500.000 poundsterling atau sekitar Rp 10 miliar. Setelah ditawar, harga akhirnya menjadi 280.000 poundsterling atau sekitar Rp 5,6 miliar. Andika juga membayar uang tambahan untuk renovasi dan operasional sehingga total uang yang dikirim sekitar Rp 12 miliar.

"Dikirim dari rekening First Anugerah Wisata beberapa kali. Saya baru tahu kalau itu dari First Travel," kata Usya.

Baca juga : Barang Mewah yang Melekat pada Syahrini di Sidang First Travel

Setelah serah terima pembelian, restoran itu berubah nama menjadi Nusa Dua.

Usya mengatakan, restoran itu bukan atas nama Andika atau Anniesa, melainkan dirinya. Hal tersebut karena Usya yang menetap di London sebagai permanent resident.

Usya memiliki 60 persen saham, sementara Andika memiliki 40 persennya.

Meski demikian, perjanjian di antara mereka hanya sebatas lisan. Tidak ada kesepakatan tertulis seperti perjanjian pada umumnya.

Usya mengatakan, awalnya Andika rutin mentransfer uang ke rekeningnya untuk operasional. Namun, belakangan tidak ada kiriman dari Andika maupun Anniesa sehingga ia menutupi biaya operasional restoran dengan kocek pribadinya.

"Restoran belum menguntungkan. Maka itu saya tidak terima dana lagi dari Andika. Saya biayai restoran sendiri," kata Usya.

Kompas TV Perwakilan korban penipuan umrah First Travel mengadu nasib ibadah Umrahnya yang belum jelas ke DPR.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com