Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setara Institute: Politisasi Agama Adalah Cara Paling Buruk untuk Meraih Kekuasaan

Kompas.com - 20/02/2018, 18:15 WIB
Kristian Erdianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Setara Institute Hendardi menilai berbagai kekerasan bernuansa agama yang belakangan terjadi disebabkan karena menguatnya politisasi agama untuk kepentingan tertentu atau kekuasaan.

Politisasi agama tersebut kemudian berwujud bentuk intoleransi, persekusi, dan diskriminasi.

"Politisasi agama atau identitas adalah cara paling buruk untuk meraih kekuasaan," ujar Hendardi dalam konferensi pers di Hotel Atlet Century, Jakarta, Selasa (20/2/2018).

Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Setara Institute mengajak 186 tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang sosial untuk menyerukan seruan moral dalam menjaga dan memperjuangkan nilai keberagaman.

Menurut Hendardi, berbagai kasus kekerasan bernuansa agama yang marak pada awal tahun ini di berbagai daerah merupakan ancaman serius terhadap kebhinekaan.

Pada awal Februari lalu terjadi kasus persekusi terhadap Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang.

Kemudian, terjadi serangan di Gereja St. Ludwina Desa Trihanggo Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman pada 11 Februari 2018, yang menyebabkan soerang pastor dan pengikutnya mengalami luka berat akibat sabetan senjata tajam.

(Baca juga: Kekerasan Bernuansa Agama Jadi Ancaman Keberagaman)

Sebelumnya juga terjadi dua serangan terhadap tokoh agama, yaitu ulama, tokoh NU, dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka Bandung, KH. Umar Basri dan ulama sekaligus Pimpinan Pusat Persis, H. R. Prawoto.

Prawoto dianiaya orang tak dikenal pada Kamis (1/2/2018) hingga nyawanya tak dapat diselamatkan dan meninggal dunia.

"Berbagai serangan fisik terhadap tokoh-tokoh berbagai agama dan persekusi terhadap minoritas keagamaan, dan banyak dimensi lain dari kekerasan yang terjadi, menunjukkan adanya ancaman serius terhadap kebhinekaan," tuturnya.

Oleh sebab itu Hendardi meminta para politisi untuk tidak memakai isu SARA (suku, agama ras dan antargolongan) dalam kontestasi Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

Ia menegaskan bahwa sentimen SARA hanya menimbulkan perpecahan di tengah kehidupan masyarakat.

"Secara aktual seruan moral kebhinekaan ini juga ditujukan untuk mengingatkan semua pihak yang berkontes dalam Pilkada dan Pemilu 2019 untuk tidak menggunakan sentimen sara dalam berkampanye karena dampak dari itu adalah kohesi sosial kita yang terkoyak-koyak," kata Hendardi.

Kompas TV Pemuka agama menjadi korban penyerangan yang terjadi saat ibadah di Gereja Santa Lidwina, Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com