JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR Bambang Soesatyo meminta Badan Intelijen Negara (BIN) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) ikut mengantisipasi peningkatan potensi ancaman gangguan ketertiban dan keamanan.
Permintaan itu terkait dengan potensi gangguan keamanan menyusul maraknya kasus penyerangan terhadap para pemuka agama belakangan ini.
“Komisi I DPR perlu mendorong TNI dan BIN untuk mengantisipasi situasi keamanan, ketertiban, dan kenyamanan dalam kehidupan masyarakat,” ujar Bambang melalui keterangan tertulisnya, Senin (12/2/2018).
Baca juga: Lima Wilayah Ini Paling Rawan Gangguan Keamanan Jelang Pilkada 2018
Dalam dua pekan terakhir sudah terjadi empat kali penyerangan terhadap tokoh agama.
Pertama, penganiayaan terhadap pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri. Ia diserang usai salat subuh pada 27 Januari 2018.
Selang beberapa hari kemudian, Komando Brigade PP Persis Ustaz Prawoto juga dianiaya pada 1 Februari 2018 di Bandung. Prawoto meninggal dunia karena insiden itu.
Sementara, di Tangerang, Biksu Mulyanto Nurhalim dipersekusi warga. Nurhalim dipaksa menandatangani surat perjanjian supaya tak menggelar kegiatan peribadatan di desanya sendiri.
Terakhir, penyerangan di Gereja St Lidwina, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pelaku bernama Suliyono asal Banyuwangi, menyerang para jemaah dan pastor dengan pedang.
Baca juga: Prediksi Kapolri soal Gangguan Keamanan Saat Pilkada Serentak 2018
Bambang mengatakan, insiden penyerangan yang telah memakan korban tersebut mengundang keprihatinan. Politisi Golkar itu mengharapkan insiden serupa tak terjadi lagi.
Ia meminta Komisi III DPR yang menjadi mitra Polri agar mendorong Korps Bhayangkara segera mengusut tuntas berbagai kasus penyerangan terhadap pemuka agama.
“Sekaligus membongkar motif dan latar belakang penyerangan terhadap para pemuka agama, mengingat kejadian tersebut sangat meresahkan masyarakat dan berpotensi untuk memicu perpecahan antar umat beragama,” papar Bambang.
Selain itu, Bambang juga mengimbau semua lapisan masyarakat untuk tetap tenang dan menahan diri.
“Saya minta masyarakat tidak mudah terpancing dan tidak menjadikan insiden ini sebagai provokasi SARA,” ujar dia.