Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontras Berharap Komisioner Tinggi HAM PBB Desak Pemerintah Selesaikan Kasus Masa Lalu

Kompas.com - 06/02/2018, 14:57 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis Kontras Fatia Maulidiyanti berharap, Komisioner Tinggi HAM PBB Zeid Ra'ad Al Husein yang tengah berkunjung ke Indonesia mendesak pemerintah untuk menyelesaikan kasus HAM masa lalu.

Pertemuan Zeid dengan Pemerintah Indonesia diharapkan tak hanya seremoni antara kedua belah pihak.

Hal tersebut disampaikannya dalam jumpa pers di Kantor Kontras, Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2018).

"Semoga tidak jadi ajang diplomatik semata, sehingga Zeid bisa mendorong pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu," kata Fatia.

Baca juga: Jaksa Agung: Siapa Pun yang Tangani Kasus HAM Masa Lalu Akan Sulit Temukan Bukti

Fatia mengatakan, masyarakat sipil, korban, dan organisasi HAM lainnya, sebelumnya telah melakukan pertemuan dengan Zeid di Kantor Komnas HAM.

Dari pertemuan itu, pihaknya menangkap bahwa Zeid akan membawa masalah impunitas terhadap para pelanggar HAM masa lalu dalam pertemuan dengan pemerintah pada hari ini.

Presiden Joko Widodo bertemu Komisaris tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Zeid bin Raad Zeid Al-Hussein, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (6/2/2018). KOMPAS.com/Ihsanuddin Presiden Joko Widodo bertemu Komisaris tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Zeid bin Raad Zeid Al-Hussein, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (6/2/2018).

Dia menilai, pernyataan Zeid mengonfirmasi adanya praktik impunitas terhadap terduga pelanggar HAM di Indonesia, yang kini punya jabatan di lingkaran pemerintahan.

"Statement Zeid searah yang telah Kontras berikan kemarin, bahwa impunitas masih terus berlanjut, mengingat para terduga pelaku yang melakukan pelanggaran HAM masa lalu, duduk di pemerintahan," ujar Fatia.

Namun, Kontras juga menyampaikan kritik terhadap Zeid. Menurut Kontras, Zeid tak menunjukkan sikap tegas soal kasus HAM masa lalu di Indonesia.

"Kami mencatat, ironisnya tidak ada pernyataan tegas Zeid tentang HAM di Indonesia. Zeid masih main aman," ujar Fatia.

Baca juga: Penyelesaian Kasus HAM Masa Lalu Terhambat Kondisi Politik Indonesia

Hampir 20 tahun pasca reformasi, Kontras menilai, Indonesia masih punya banyak PR soal pelanggaran HAM yang belum terselesaikan.

Salah satunya, lanjut Fatia, soal kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir. Dia berharap, kunjungan Zeid bisa mendorong pemerintah membuka dokumen TPF Munir.

"Hingga saat ini belum juga dikeluarkan pemerintah. Padahal berdasarkan sidang KIP, dokumen TPF Munir harus segera dikeluarkan," ujar Fatia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com