JAKARTA, KOMPAS.com — Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan survei terhadap sejumlah nama yang berpotensi digandeng maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Nama cawapres tersebut berpeluang mendampingi Presiden Joko Widodo atau Prabowo Subianto jika keduanya kembali maju bertarung seperti pada Pilpres 2014 lalu.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfarabi, mengatakan, pihaknya melakukan survei sejumlah nama tokoh dari berbagai latar belakang. Misalnya, dari latar belakang militer, Islam, partai politik, provinsi strategis, ataupun gubernur dan profesional.
Pertama, dari militer ada tiga nama yang berpotensi digaet sebagai cawapres. Mereka adalah Agus Harimurti Yudhoyono dengan popularitas sebesar 71,2 persen, Gatot Nurmantyo 56,5 persen, dan Moeldoko yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) 18,0 persen.
Baca juga: Kata Moeldoko, Kehadiran Jenderal di Sekitar Jokowi Beri Warna Tersendiri
"Meskipun popularitas Moeldoko masih rendah, masuknya Moeldoko dalam kabinet Jokowi membuka peluang untuk menjadi cawapres," kata Adjie di kantornya, Jakarta, Jumat (2/2/2018).
Kedua, dari latar belakang Islam ada dua nama, yakni Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul.
Popularitas Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar, berada pada angka 32,4 persen. Sementara TGB Zainul berada di angka 13,9 persen.
"Cak Imin sudah mulai aktif melakukan sosialisasi sebagai cawapres. Sementara meski popularitas TGB masih rendah, TGB dipersepsikan sebagai gubernur Muslim yang taat dan berhasil membangun daerahnya," ucap dia.
Baca juga : Cerita Moeldoko Tengah Malam Terima Whatsapp Bakal Dilantik Jokowi
Ketiga dari latarbelakang partai politik, yakni Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG) muncul. Nama BG muncul tak lain karena kedekatannya dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Hasil survei tersebut didapat dari survei yang digelar LSI Denny JA pada 7-14 Januari 2018 dengan 1.200 responden. Wawancara dilakukan secara serentak dan tatap muka di 34 provinsi di Indonesia.
Responden dipilih berdasarkan multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.