Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GMPG Tak Ingin Munaslub Partai Golkar Dipimpin "Orang-orang Lama"

Kompas.com - 07/12/2017, 18:59 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) tidak ingin musyawarah nasional luar biasa (munaslub) dipimpin oleh penyelenggara munaslub sebelumnya.

Koordinator GMPG Ahmad Doli Kurnia mengatakan, Munaslub Partai Golkar harus dipimpin oleh orang baru yang tidak terkait dengan Munaslub 2016.

"Untuk mendorong pembaharuan, harus dimulai dari munaslub yang menunjukan pembaharuan itu," ujar Doli dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (7/12/2017).

Secara lantang, Doli menyatakan bahwa Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid, yang memimpin Munaslub Partai Golkar 2016, tidak perlu lagi memimpin munaslub.

GMPG menilai, penyelengaraan munaslub itu gagal lantaran tidak mengantarkan Partai Golkar bangkit. Justru, kata Doli, ketua umum hasil Munaslub Partai Golkar 2016, Setya Novanto, terlibat kasus korupsi KTP elektronik.

(Baca juga: Jelang Munaslub, Gerakan Muda Partai Golkar Tuntut Tiga Hal ke DPP)

Belum lagi, ucap Doli, penyelenggara Munaslub Partai Golkar 2016 dinilai telah melakukan manipulasi hasil. Kecurigaan itu muncul setelah GMPG menemukan dua buku hasil munaslub yang isinya berbeda.

Satu buku asli hasil Munaslub Partai Golkar 2016, satu lagi buku lain yang isinya berbeda dan sempat beredar di Rapimnas Partai Golkar, bahkan sudah sampai di DPD-DPD partai berlambang beringin itu.

"Ada salah satu pasal yang menyatakan bahwa beberapa ketentuan munaslub diberlakukan pada periode berikutnya. Padahal ketentuan itu tidak ada di hasil munaslub yang asli," kata Doli.

(Baca juga: Munaslub Golkar, Jangan Ada "Putra Mahkota" dan Berakhir Aklamasi)

Di tempat yang sama, anggota inisiator GMPG, Syamsul Rizal meminta DPP Partai Golkar untuk mengklarifikasi adanya anggota partai yang rangkap jabatan di DPP dan DPD.

Misalnya, status Nurdin Halid. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua Harian DPP Partai Golkar. Namun, dalam waktu bersamaan ia juga menjabat sebagai Ketua DPD Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Keputusan DPP Partai Golkar Nomor:KEP.237/DPP/Golkar/VII/2017.

Padahal, kata Syamsul, dalam Pasal 12 Anggaran Dasar tidak diperbolehkan ada rangkap jabatan kepengurusan dalam Partai Golkar.

"Dengan segala hormat, sebelum munaslub ini dilakukan, kami minta kepada senior kami Bang Nurdin Halid untuk menyatakan secara tertulis mundur dari jabatan beliau dari Ketua Harian DPP Partai Golkar," kata Syamsul.

Kompas TV Sangat mendesakkah Munaslub Partai Golkar untuk mengganti Setya Novanto dari jabatan ketua umum?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com