Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Kadir Karding
Politisi

Sekretaris Jenderal DPP PKB Periode 2014-sekarang. Anggota DPR RI periode 2009-2014 dan 2014-2019 dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa mewakili Jawa Tengah. Saat ini menjabat sebagai anggota Komisi III DPR RI. Alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang tahun 1997.

Aforisme Iwan Fals dan Menghindari Luka Pilkada

Kompas.com - 06/11/2017, 16:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

DALAM salah satu lagunya yang berjudul "Seperti Matahari", musisi legendaris Iwan Fals menyenandungkan aforisme sarat makna: "Tujuan bukan utama, yang utama adalah prosesnya".

Tak sukar memahami pesan Iwan dalam bait itu. Ia hendak mengingatkan bahwa meraih tujuan semestinya dilakukan dengan cara baik dan benar karena kebenaran dan kebaikan itulah yang menentukan martabat kita sebagai manusia.

Menjelang perhelatan Pilkada 2018 serentak, kalimat bernada sufistik itu punya makna mendalam. Kita tahu Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan pelaksanaan pilkada serentak akan berlangsung pada 27 Juni 2018. Namun, tensi politik dalam rangka menyambut perhelatan akbar itu sudah mulai dirasakan dari sekarang.

Partai-partai politik--tentu saja termasuk PKB--mulai memanaskan mesin. Konsolidasi antara pengurus dan kader digelar baik di level pusat maupun daerah, silaturahim politik antarpartai diintensifkan demi merumuskan formulasi calon kepala daerah terbaik.

Tujuannya jelas: meraih kemenangan sebanyak-banyaknya di 171 daerah, yang terbagi dalam 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten.

Akan tetapi, sebuah pertandingan tidak mungkin dimenangkan oleh semua pesertanya. Inilah yang kerap kali menjadi persoalan di dalam kehidupan berdemokrasi kita. Tak semua pihak siap menerima kekalahan yang sebetulnya sudah galib dalam sebuah kontestasi.

Masih segar dalam ingatan kita saat puluhan orang merusak kantor Kementerian Dalam Negeri dan menyerang para pegawai di sana beberapa waktu lalu.

Kemarahan massa--seperti disampaikan sahabat saya Mendagri Tjahjo Kumolo--berakar dari ketidakpuasan atas putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang tidak memenangkan jagoan mereka.

Contoh lain yang juga masih gampang kita ingat adalah respons warganet terhadap pidato politik sahabat saya Anies R Baswedan usai resmi dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Ia dirisak sedemikian rupa hanya lantaran satu kata yang tafsir dan pemaknaannya bisa sangat berbeda-beda: pribumi.

Anies yang di dalam tubuhnya mengalir darah Arab dituding rasis. Padahal, selain kata "pribumi", ada banyak pesan positif yang ia sampaikan terkait ajakan menyelesaikan persoalan Ibu Kota.

Di luar dua contoh itu, tentu masih banyak kejadian lain yang bisa kita temukan dan rasakan bersama. Pertanyaannya, mengapa hal semacam itu mesti terjadi?

Di sinilah, menurut saya, aforisme Iwan menemukan makna dan relevansinya. Keberingasan dan kebencian yang dipanen usai pilkada sesungguhnya merupakan benih yang ditabur selama masa kampanye.

Strategi kotor dengan menghalalkan berbagai cara demi meraih kemenangan ibarat bara dalam sekam yang siap disulut menjadi api dendam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com