JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, memasuki hari ke-200.
Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal di sekitar kediamannya pada 11 April 2017.
Para pegawai KPK mengadakan peringatan hari ke-200 penyerangan terhadap Novel.
Baca: 6 Bulan Kasus Novel Baswedan, Ini Alasan Polisi Belum Temukan Pelaku
Dalam upacara peringatan Sumpah Pemuda yang digelar di Halaman Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Senin (30/10/2017), para pegawai KPK mengenakan pita hitam sebagai bentuk solidaritas.
"Itu wadah pegawai secara spontan untuk memperingati 200 hari karena sampai sekarang belum ditemukan penyerangnya," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarief, usai upacara, Senin pagi.
"Bahwa Kapolda memimpin langsung upaya pencarian itu. Ya mudah-mudahan tidak lama-lah kita bisa menemukan," ujar Syarief.
Ia mengatakan, KPK terus berkomunikasi dengan kepolisian dalam mengungkap kasus penyerangan Novel.
"Info terakhir tentang Novel mereka menemukan beberapa clue, tapi belum dipresentasikan," ujar Syarief.
Baca: KPK Tagih Tindak Lanjut Polisi dalam Kasus Novel Baswedan
Syarief menyebutkan, polisi menemukan kesulitan dalam mengusut kasus Novel. Salah satunya karena peristiwa penyerangan terjadi saat Subuh.
"Dan saksi yang melihat tidak terlalu banyak. Mungkin diharapkan kepada masyarakat yang telah melihat sketsanya untuk melaporkan," ujar dia.
Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tak cukup ditangani di Indonesia.