JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai masih menjadi pesaing terkuat untuk kembali menantang Presiden Joko Widodo di pemilu presiden 2019.
Berdasarkan survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 17-24 September 2017, hanya Prabowo yang saat ini mampu menempel elektabilitas petahana.
Awalnya, responden ditanya mengenai sosok calon presiden yang akan dipilih apabila Pemilu 2019 digelar saat ini. Namun, responden tidak diberikan pilihan jawaban.
Hasilnya, sebanyak 34,2 persen memilih Jokowi melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua.
Sementara 11,5 persen responden lain memilih Prabowo.
(baca: Fadli Zon: Kalau Prabowo Banyak Komentar Nanti Dianggap Menghalangi Jokowi)
Saat responden diberikan pilihan delapan nama, Jokowi mendapat 54,6 persen, disusul Prabowo dengan 24,8 persen.
Sementara saat simulasi "head to head" layaknya pilpres 2014 lalu, Jokowi mendapatkan 58,9 persen suara responden dan Prabowo 31,3 persen.
"Hasilnya konsisten, selalu Jokowi disusul Prabowo," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di kantornya, di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Burhan mengatakan, elektabilitas Jokowi memang masih lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan Prabowo. Namun, ia menilai elektabilitas Prabowo tersebut cukup tinggi.
(baca: Survei Indikator: Head to Head, Jokowi 58,9 Persen, Prabowo 31,3 Persen)
Elektabilitas Prabowo juga terus merangkak naik dari tahun lalu, sementara Jokowi cendrung stabil.
"Padahal Pak Prabowo belum kerja sama sekali. Masih di Hambalang. Pak Jokowi dari Aceh sampai Papua setahun terakhir, elektabilitasnya stabil. Jadi jangan terlalu yakin pemilu akan mudah dimenangkan oleh Pak Jokowi," kata Burhan.
Burhan menilai, tingginya elektabilitas Prabowo tidak terlepas dari basis pemilihnya pada 2014 lalu yang masih loyal hingga saat ini.
Apabila Prabowo terus bekerja meningkatkan elektabilitas hingga pilpres 2019 digelar, bukan tidak mungkin ia bisa menyalip Jokowi.