Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Hati-hati Dalami Keterlibatan Nama Terkenal Terkait Saracen

Kompas.com - 21/09/2017, 09:51 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Polri menemukan sejumlah nama dalam laporan hasil analisis terkait transaksi keuangan kelompok Saracen. Dari sejumlah nama tersebut, beberapa nama di antaranya merupakan orang yang dikenal publik.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto mengatakan, pihaknya akan berhati-hati dalam memeriksa nama-nama tersebut.

"Kita lihat apakah ada kaitan langsung atau tidak langsung," kata Rikwanto ketika ditemui di Es Teller 77 Resto, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2017).

Meski demikian, tidak menutup kenungkinan, jika penyidik membutuhkan keterangan, maka nama-nama tersebut akan dipanggil guna didalami informasinya.

"Nanti kalau penyidik membutuhkan keterangan dalam pengembangan suatu perkara. Kita panggil dalam rangka mengklarifikasi atau membuat terang daripada jadi fitnah," kata dia.

Tak berbeda, Kepala Unit V Subdirektorat III Direktorat Tindak Siber Badan Reserse Kriminal Polri Ajun Komisaris Besar Purnomo mengatakan bahwa polisi tidak akan buru-buru membeberkan nama-nama tersebut.

"Nama-nama baru tidak saya sampaikan di sini. Nanti mereka kabur semua," kata Purnomo.

Baca juga: Ada Sejumlah Nama Terkenal dalam Laporan Analisis Terkait Saracen

Menurut dia, polisi tidak akan gegabah main tangkap orang sembarangan meski telah mengantongi nama-nama dari hasil transaksi keuangan kelompok Saracen.

"Kita enggak bisa langsung tiba-tiba tangkap. Kita cari dulu perannya dia apa. Karena kita harus mencari dia melakukan tindak pidana atau tidak. Kita tidak bisa langsung melakukan upaya paksa," katanya.

"Kalau ditanya siapa yang memesan, ada kaitannya dengan parpol? Memang ada gambar atau foto-foto tertentu dari tersangka dengan tokoh-tokoh parpol. Saat ditanya, 'kan saya ngefans, kan saya suka'," tambah Purnomo.

Purnomo pun menjanjikan, semua nama yang diduga terkait dengan Saracen akan dibuka dan dibeberkan di pengadilan.

"Informasi perbankan ini sifatnya rahasia. Kalau kita buka saat proses penyidikan maka penyidik yang disalahkan. Nanti pada saat sidang bisa dibuka," tutup dia.

Dalam kasus Saracen, polisi menetapkan empat pengurusnya, yakni JAS, MFT, SRN, dan MAH sebagai tersangka. Mereka bersedia menyebarkan konten ujaran kebencian dan berbau SARA di media sosial sesuai pesanan dengan tarif Rp 72 juta.

Baca juga: Pimpinan DPR Desak Polri Ungkap Nama Terkenal Terkait Kasus Saracen

Media yang digunakan untuk menyebar konten tersebut antara lain di Grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, situs Saracennews.com, dan berbagai grup lain yang menarik minat warganet untuk bergabung.

Hingga saat ini diketahui jumlah akun yang tergabung dalam jaringan Grup Saracen lebih dari 800.000 akun.

Kompas TV Ini Ketua Kelompok Saracen, Siapakah Dia?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com