Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KCM, Optimisme Kompas di Era Digital 1998

Kompas.com - 14/09/2017, 06:33 WIB
Heru Margianto

Penulis


Media online itu bukan media cetak yang ditaruh di online lalu didiemin, tapi juga harus di-update.  --- Ninok Leksono

DI Indonesia optimisme akan peluang baru media digital merebak di tahun 2000. Pada tahun itu berbagai situs berita baru bermunculan.

Sebelum optimisme itu merebak, pada 9 Juli 1998 detik.com hadir pertama kali di Internet disusul kemudian dengan Kompas Cyber Media (KCM) yang merupakan reformulasi situs berita KOL pada 6 Agustus 1998. Detik dan KOL adalah pionir berita-berita  update  ala online di Indonesia.

Optimisme di Indonesia mengalir dari apa yang terjadi di luar negeri. Di awal tahun 2000, raksasa Internet di Amerika, American Online (AOL) bersama Time Warner, membentuk sebuah kelompok media dan Internet raksasa yang disebut AOL Time Warner.

Baca juga: Sejarah Internet di Indonesia dan Perannya Melengserkan Soeharto

Perusahaan ini akan menjadi perusahaan global utama yang menyebarkan media layanan informasi, hiburan, dan komunikasi (Kompas, Time-AOL Bentuk Raksasa Internet, 2000).

Di tanah air optimisme di awal tahun 2000 ditunjukkan dengan masuknya investor-investor asing yang menanamkan duitnya untuk membangun bisnis media online di Indonesia.

Detik.com mendapat suntikan dana sebesar 1,5 juta dollar Amerika atau sekitar Rp 11 miliar dari investor asal Hongkong, Techpasific.com (KompasPemodal Asing Serbu Layanan "Online" di Internet, 2000) 

Perusahaan venture capital ini di dalamnya termasuk investor ternama Softbank dari Jepang dan Quantum Fund milik George Soros (Kompas, Masa Depan Ada di Jaringan Internet, 2000).

Pada saat yang sama, investor asal Amerika meluncurkans situs berita astaga.com. Situs berita yang disiapkan dua bulan ini diperkuat 30 wartawan senior yang direkrut dari berbagai media.

Nilai investasi astaga.com jauh lebih besar dibanding detik.com, 7,5 juta dollar Amerika atau sekitar Rp 70 miliar. Head of Marketing and Sales astaga.com kala itu Margie Djajakusuma memperkirakan, investasi sebesar itu akan kembali dalam dua tahun. Hal ini didasarkan pada peningkatan pengguna Internet dan bisnis e-commerce (Kompas, Pemodal Asing Serbu Layanan "Online" di Internet, 2000).

Situs berita besar lain yang juga didanai investasi asing adalah satunet.com. Investornya adalah Robert Eskapa, seorang pebisnis batubara asal Inggris yang berkongsi dengan pengusaha Indonesia Andy Luhur (Anggoro, Detik.com: Legenda Media Online, 2012).

Di luar itu, pemberitaan yang menghebohkan pada tahun 2000 mengenai optimisme bisnis online dicetuskan oleh Grup Lippo. Perusahaan Asuransi Lippo mengubah bisnis inti mereka dari asuransi menjadi layanan Internet bernama PT Asuransi Lippo e-Net tbk dengan investasi sekitar Rp 1 triliun (Kompas, Lippo E-Net Akui Ubah Bisnis Inti, 2000).

Perusahaan ini kemudian mendirikan situs berita Lippostar.com, e-commerce Lipposhop, dan jasa layanan Internet D-net.

Selain situs-situs berita bermodal besar itu, situs-situ berita yang lahir di tahun ini antara lain berpolitik.comnasigoreng.comrileks.combisik.comindonesiakini.comkopitime.com.

Selain situs berita, ruang-ruang interaksi bagi komunitas di dunia maya juga meluas dalam bentuk forum-forum seperti Kaskus dan Kafegaul milik satunet.com.

KCM

Sebelum euforia optimisme tahun 2000 di atas, Kompas sudah lebih dahulu mereformulasi KOL dengan menjadikannya sebagai sebuah perusahaan sendiri di luar redaksi harian Kompas dengan nama PT Kompas Cyber Media atau KCM.

KCM diluncurkan oleh Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama dalam sebuah acara di Hotel Santika, Jakarta, pada 6 Agustus 1998.

"KCM yang sudah muncul Internet tanggal 8 Juli lalu merupakan perluasan dan pengayaan Kompas Online atau Kompas di Internet yang telah dimulai bulan September 1995," kata Direktur Utama KCM Ninok Leksono saat membuat acara peluncuran resmi KCM

Potongan berita tentang peluncuran Kompas Cyber Media di harian Kompas yang terbit 7 Agustus 1998. Artikel lengkap berita yang terbit di halaman 10 tersebut adalah Kalau Ingin Diperhitungkan Bergabunglah di Internet.DOK. LITBANG KOMPAS Potongan berita tentang peluncuran Kompas Cyber Media di harian Kompas yang terbit 7 Agustus 1998. Artikel lengkap berita yang terbit di halaman 10 tersebut adalah Kalau Ingin Diperhitungkan Bergabunglah di Internet.

Berita-berita yang di-update di era Kompas Online membawa sebuah kesadaran baru bahwa medium Internet ternyata memiliki ruang yang sangat luas untuk dieksplorasi.

Ada kemungkinan-kemungkinan baru yang bisa dilakukan yang sebelumnya tidak bisa dilakukan medium kertas. Berita bisa tayang lebih cepat tanpa proses produksi yang panjang.

Baca juga: Kompas.com dan 14 September 1995

Berita-berita update yang diunggah di Kompas Online Plus diminati pembaca. Pengunjung terus meningkat dari hari ke hari. Tercatat saat itu, Kompas Online berada pada peringkat 39 dan 25 situs web dunia yang paling banyak diakses.

Sebagaimana pada versi cetak, pada versi Internet ini pun telah terbangun satu komunitas pembaca yang solid dan serupa dengan pembaca harian Kompas.

Para pembaca berasal dari kalangan menengah ke atas, secara umum berpendidikan minimum SMA, birokrasi, para pengambil keputusan serta para pelaku bisnis.

Dengan demikian, harian Kompas maupun Kompas Online merupakan satu kesatuan yang saling memperkuat. Kompas Online meluaskan rentang jangkauan dan kecepatan kehadiran harian Kompas.

KCM didirikan untuk mengakselerasi pertumbuhan KOL dari sisi editorial dan bisnis, Domainnya tetap www.kompas.com. Di era itu, medium Internet mulai digunakan untuk menawarkan barang, layanan, dan jasa.

Ninok mengatakan, selama mengelola KOL Kompas menyadari bahwa Internet memiliki kemampuan yang lebih kaya ketimbang sekadar memuat replika berita-berita harian Kompas.

"Dalam hal ini lama-lama kan disadari kalau mau dikembangkan maka dibutuhkan  orang. Itulah makanya dibentuk KCM, Agustus 1998 dalam suatu upacara di (Hotel) Santika, peluncuran KCM......Media online itu bukan media cetak yang ditaruh di online lalu didiemin, tapi juga harus di-update," kata Ninok. 

KCM tidak lagi hanya menampilkan replika berita-berita harian Kompas. Halaman utamanya menampilkan berita-berita update dari sejumlah rubrik. KCM juga menyajikan breaking news manakala ada kejadian-kejadian penting.

Ia adalah ekstensa dari harian Kompas. Di KCM pembaca mendapat sajian berita-berita lain yang tidak terbit di harian Kompas esok hari.

KCM lantas menambah kekuatan dengan merekrut tim editorial sendiri terpisah dari harian Kompas. Mereka adalah tim yang khusus mengerjakan berita-berita untuk online.

Beberapa reporter pertama KCM yang direkrut pada tahun 2000. Dari kiri ke kanan: Wisnubrata, Heru Margianto, Martian Damanik, Atik Kamil, Glori Wadrianto.DOK. PRIBADI Beberapa reporter pertama KCM yang direkrut pada tahun 2000. Dari kiri ke kanan: Wisnubrata, Heru Margianto, Martian Damanik, Atik Kamil, Glori Wadrianto.

KCM adalah tahapan kedua tranformasi Kompas dalam perspektif Pavlik yaitu mulai memproduksi sendiri berita-berita yang memang khusus ditujukan untuk versi online-nya. (Tentang gagasan Pavlik mengenai evolusi media online Baca: Harian Kompas, Kompas.com, dan Perubahan Media di Era Digital)

Selain mencari pemasukan melalui iklan, bisnis lain yang dikembangkan adalah jasa pembuatan web dan pemeliharaannya.

Hadirnya KCM dengan berita-berita update yang diproduksi sendiri berhasil memperluas khalayak pembaca Kompas, utamanya pembaca-pembaca baru yang berkerumun di Internet seiring dengan bertumbuhnya pengguna Internet di Indonesia.

Di era ini disadari bahwa tidak semua pembaca KCM adalah pembaca harian Kompas. Secara demografis pembaca KCM lebih muda dibanding pembaca harian Kompas. Artinya, KCM berhasil meluaskan jangkauan Kompas kepada masyarakat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com