Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Khotbah yang Mempersatukan Hater dan Lover

Kompas.com - 04/09/2017, 15:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

TERUTAMA sejak tahun lalu, persisnya imbas Pilgub Jakarta dua putaran, aktivitas mulia dakwah khususnya khotbah kerap jadi sorotan. Bahkan publik dibuat gaduh karenanya, hingga muncul wacana kontroversial tentang sertifikasi pendakwah.   

Terakhir, khotbah Id Adha di Pondok Gede, Jakarta, ramai di warganet karena kontennya dinilai tendensius. Ini mengikuti ramai berita khotbah Ied Fitri 2017 lalu di Alun-Alun Wonosari, Yogya, yang kala itu dianggap bermuatan politis.

Seperti apakah posisi komunikasi publik dalam Islam? Apakah betul sama sekali tak boleh ada kritik dan tafsir sosial dalam konten khotbah khususnya? Bagaimana audiens (mad'u) harus bersikap ketika konten dakwah ditransmisikan da'i?    

Ada beberapa pendekatan singkat dan sederhana yang bisa diberikan. Pertama, khotbah tentu saja derivatif dari aktivitas dakwah --sebuah kata kerja dalam bahasa Arab, da'a-yad'u, yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.

Sedemikian pentingnya dakwah dalam Islam, merujuk Dakwah di Era Media Baru (Moch. Fakhruroji, 2017), maka Al Quran mengulang kata tersebut dan derivasinya sebanyak 321 kali. Tak hanya itu, kata lain yang terkait pun direpitisi oleh-Nya.

Secara berurutan, selanjutnya adalah tadzkirah (memberi nasihat, memberitahukan, membangkitkan, dan perhatian kewaspadaan) 293 kali; tanzir (memeringatkan) 130 kali, tabsyir (mengabarkan berita gembira) 86 kali, tabligh (menyampaikan) dan derivasinya 76 kali, tausiah (menasihati) 32 kali, nashihat (nasehat) 13 kali, dan amar ma'ruf (mengajak kebaikan) sembilan kali.

Jika menilik ini saja, kuantitatif komunikasi publik Islam ditekankan untuk memanggil/mengajak, dengan membangkitkan atensi, memeringatkan, dan mengabarkan berita gembira. Kemudian, menyampaikan kebenaran dengan menasihati serta mengajak kepada kebaikan.  
 
Kedua, esensi aktivitas komunikasi adalah menciptakan kesetaraan pemahaman (to make common) sehingga pesan tersampaikan dan lebih lanjutnya diharapkan ada perubahan sikap dan prilaku setelah komunikan terpapar konten komunikasi.

Namun hal ideal ini tentu tidak turun dari langit. Selalu ada tantangan untuk peroleh hasil optimal tersebut, antara lain komunikator mampu melingkupi latar belakang dan pengalaman multivariatif dari khalayak atau lazim disebut field of experience dan frame of reference.  

Jika kemudian muncul feedback datar bahkan negatif sampai kontraproduktif, alih-alih pesan sampai dan merubah prilaku, maka komunikator (baca: da'i) perlu melihat polah diri berkomunikasi sekaligus kontennya yang kemungkinan bertabrakan kebutuhan mad'u.

Ketiga, tantangan para komunikator dakwah saat ini adalah fragmentasi yang cukup kuat di masyarakat sebagai imbas pilihan politik. Betapa pecinta kuat dan pembenci akut, hater and lover, bertebaran di hadapan podium mimbar.

Tak mudah merangkul keduanya meski bukan tidak mungkin. Meski sebaliknya, pemaparan fakta secara dalil naqli dan dalil aqli secara utuh pun harus siap dengan berbagai respons "ajaib" sebagai imbas rasa berlebihan yang tak mampu melihat jernih.     
 
Singkat kata, dalam hemat penulis, gaduh khotbah pada hari ini adalah respons normal bukan hal yang harus menyurutkan apalagi menghentikan seorang da'i dalam berdakwah --hampir 800 ayat Al Quran menegaskan pentingnya aktivitas tersebut.

Yang urgent dan mutlak diperlukan adalah peningkatan kemampuan penceramah dalam berlaku dan membuat konten komunikasi yang mampu mengayomi field of experience dan frame of reference super heterogen, sekaligus bisa mempersatukan hater and lover karena terciptanya to make common yang disatukan melalui konten dakwah. Tak mudah, namun mungkin!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com