Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aji Chen Bromokusumo
Budayawan

Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan Fraksi PSI dan Anggota Komisi IV DPRD Kota Tangerang Selatan

Merdeka dalam Keberagaman: Doa untuk Jokowi, Penyiar Nyinyir, dan First Travel

Kompas.com - 21/08/2017, 14:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

SUDAH beberapa tahun belakanngan saya jarang menonton siaran langsung perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia. Entah kenapa, tahun ini 2017 saya ingin menontonnya.

Upacara di pagi hari tuntas saya tonton dengan perasaan campur aduk, terutama karena semakin hiruk pikuknya politik Indonesia dan gempuran tak berkesudahan terhadap pemerintahan sah konstitusional duet Jokowi-JK.

Sore harinya kebetulan juga entah kenapa coba menyalakan televisi. Tayangan di layar televisi membuat saya terkesiap! Warna-warni cerah berbagai pakaian daerah dari berbagai penjuru Indonesia memenuhi layar televisi. Tema perayaan yaitu “Merdeka dalam Keberagaman” terasa begitu sederhana namun menghentak.

Pesan sangat kuat bergaung ke seluruh Nusantara dan dunia: Inilah Indonesia yang beragam etnis, beragam agama, beragam kepercayaan, bukan Indonesia lain yang berkiblat ngawur ke satu ajaran tertentu.

Tak ada warna-warna monoton dan monokrom. Tak ada gaya satu busana tertentu. Dada sungguh bergemuruh, sesak dengan rasa haru dan bangga yang sudah lama sekali tidak pernah hadir, tak terasa airmata haru membayang di pelupuk mata.

Esok harinya, tanggal 18 Agustus 2017 di halaman utama Kompas cetak dan e-paper menyajikan potongan adegan “Merdeka dalam Keberagaman” yang dibingkai luar biasa oleh fotografer Kompas.

Kemudian di halaman dalam tersaji foto apik Presiden Jokowi beserta Ibu Negara dan Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta istri bersama para mantan presiden Republik Indonesia. Momentum kebersamaan ini sudah dinantikan sejak lama.

Sementara di grup-grup Whatsapp berseliweran foto-foto Megawati bersalaman dengan SBY dengan raut muka masing-masing yang sudah mencair setelah ketegangan di antara beliau berdua sekian tahun belakangan.

Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Merdeka dalam berpolitik, merdeka dalam bernegara, semuanya untuk negeri tercinta Indonesia.

Berseliweran juga di grup-grup Whatsapp foto yang penuh warna itu disandingkan dengan foto upacara tokoh politik yang warnanya cenderung kusam yang menampilkan wajah orang-orang tanpa senyum, kaku, dan tegang. Sungguh sangat kontras.

Sehari sebelum perayaan Hari Kemerdekaan, pada 16 Agustus 2017, Presiden Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Istimewa tahunan MPR. Dalam kesempatan itu politisi Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring mendoakan agar Jokowi tambah gemuk. Doa Tifatul ramai diperbincangkan para warganet.

Sekilas memang tidak ada yang salah dengan doa tersebut. Namun demikian, dalam kegiatan berskala nasional dan dalam rangka memeringati Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, doa semacam itu sepertinya tidak pada tempatnya.

Bukan sekali ini saja Tuhan diajak berpolitik. Para politisi Indonesia sudah jamak mengajak bahkan memaksa Tuhan turun gelanggang.  Doa “gemukkanlah badan beliau yang semakin kurus” terasa tidak enak didengar.

Namun, mari kita tetap berpikir positif dan menjaga kewarasan politik kita. Mari kita tetap berpikir positif bahwa doa Tifatul adalah doa terbaik yang diunjukkan untuk bangsa Indonesia dan Presiden Jokowi.

Masih sehubungan dengan doa tersebut, yang paling menyedihkan adalah komentar penyiar muda salah satu stasiun televisi swasta melontarkan kalimat yang menurut saya cenderung nyinyir: “Amin. Kita doakan Jokowi menjadi gemuk, asal bukan rekeningnya yang bertambah gemuk”.

Mungkin penyiar itu bermaksud bercanda. Tapi, seperti juga doa Tifatul, canda yang tidak pada tempatnya. Perayaan sakral Kemerdekaan Indonesia ke-72 dan sosok Kepala Negara yang notabene tengah disiarkan secara publik bukan tempat yang pantas untuk dijadikan bahan bercandaan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com