Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Menkes, Belum Ada Penelitian yang Buktikan Ganja Bisa Jadi Obat

Kompas.com - 03/08/2017, 18:36 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek berpendapat bahwa tanaman Cannabis sativa atau dikenal dengan ganja tidak bisa digunakan sebagai obat.

Menurut dia, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan ganja memiliki manfaat bagi kesehatan.

"Ya enggak bisa dong," ujar Nila saat ditemui seusai rapat koordinasi terbatas tingkat menteri di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2017).

Di sisi lain, kata Nila, ganja mengandung zat adiktif yang berbahaya bagi kesehatan.

"Kalau obat itu harus ada namanya research and development-nya, diriset, dinilai, ada clinical trial dari nol sampai ada berapa tahap. Sampai aman, baru dipakai," ujar dia.

Baca: Fidelis Seharusnya Bisa Dibebaskan karena Ada Ketentuan "Alasan Pembenar"

Nila berpendapat, kasus Fidelis yang menggunakan ganja untuk mengobati istrinya, tidak bisa digunakan sebagai bukti bahwa tanaman itu memiliki fungsi pengobatan.

"Ya enggaklah, kalau satu aja, kebetulan saja, ya enggak bisa juga. Enggak boleh, obat harus ada bukti," kata Nila.

Kasus Fidelis

Isu pemanfaatan ganja sebagai alternatif pengobatan kembali mencuat setelah adanya kasus Fidelis Arie Sudewarto (36).

Fidelis menjadi terdakwa setelah ditahan Badan Nasional Narkotika pada 19 Februari 2017 atas kasus kepemilikan 39 batang ganja.

Ganja itu ia gunakan untuk mengobati sang istri, Yeni Riawati, yang menderita penyakit langka syringomyeila.

Penyakit tersebut mulai dirasakan Yeni sejak tahun 2013, ketika sedang mengandung anak mereka yang kedua.

Upaya pengobatan pun dilakukan, mulai dari rumah sakit hingga terapi tradisional, namun tak membuahkan hasil.

Baca: Fidelis Divonis 8 Bulan Penjara dan Denda Rp 1 Miliar

Hingga akhirnya Fidelis mendapatkan informasi dan literatur dari luar jika penyakit yang diderita istrinya itu bisa disembuhkan dengan menggunakan ekstrak ganja.

Sementara itu Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Dhira Narayana mengatakan, apa yang dialami Fidelis bukan kasus pertama di mana seseorang menggunakan ganja sebagai obat.

Sejak 2010, LGN sudah mendokumentasikan banyak orang yang menggunakan ganja sebagai obat, mulai dari penyakit kanker, diabetes, hepatitis C, AIDS, stroke, epilepsi, asam urat hingga asma.

"LGN berharap bahwa pengetahuan khasiat ganja medis menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan pada akhirnya dapat memberi keteguhan pada pemerintah untuk memulai riset ganja medis pertama di Indonesia," ucap Dhira.

Direktur Yayasan Sativa Nusantara Inang Winarso mengatakan, selama ini banyak orang yang ketakutan menggunakan ganja sebagai pengobatan karena payung hukumnya memang tidak ada.

"Akhirnya penderita tersebut meninggal dunia. Pilihan menggunakan ganja untuk mengobati penyakit merupakan pilihan terakhir ketika penderita telah menjalani berbagai pengobatan di rumah sakit namun kondisinya tidak membaik," kata Inang.

Kompas TV Sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) meminta pemerintah melakukan legalisasi daun ganja untuk pengobatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com