Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas Perempuan Nilai Kemendagri Masih Akomodasi Perda Diskriminatif

Kompas.com - 08/02/2017, 21:03 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komnas Perempuan Azriana Rambe Manalu mengatakan, Kementerian Dalam Negeri masih mengakomodasi peraturan daerah yang dinilai sebagian kalangan diskriminatif untuk diterapkan.

Perda itu, kata dia, memiliki potensi kriminalisasi terhadap perempuan.

"Perda diskriminatif untuk perempuan, kelompok minoritas, itu belum jadi agenda serius Kemendagri. Itu sangat tergantung kepada Kemendagri melihat itu penting atau tidak," kata Azriana di kantor Komnas Perempuan, Jakarta, Rabu (8/2/2017).

Azriana menuturkan, Komnas Perempuan memberikan rekomendasi 389 perda yang dinilai diskriminatif kepada Kemendagri pada 2016.

Saat itu, Kemendagri ingin membatalkan perda yang dianggap bermasalah. Namun, ternyata tidak satu pun rekomendasi Komnas Perempuan diterima.

Sebanyak 3.143 Perda yang dibatalkan dianggap menghambat pertumbuhan ekonomi daerah dan memperpanjang jalur birokrasi.

(Baca juga: Kemendagri Tegaskan Pembatalan 3.143 Perda Sesuai Aturan)

"Ada daftar perda diskriminatif yang kami kasih itu ada 389 perda. Dari situ kami kira ada yang muncul satu atau dua ternyata tidak satupun," ucap Azriana.

Menurut Azriana, satu-satunya perda diskriminatif yang telah dibatalkan oleh pemda terjadi di Jawa Barat melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 188.342/Kep.1354-Hukham/20015.

Putusan itu membatalkan beberapa ketentuan dari Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 70.A tentang Desa Berbudaya.

Pasal 6 huruf i Peraturan Bupati Purwakarta menyebutkan anak usia sekolah dilarang berada di luar rumah lebih dari pukul 21.00 WIB.

Azriana menilai, peraturan itu memiliki potensi kriminalisasi terhadap perempuan.

"Konsep ketatanegaraan masih menomorduakan isu perempuan, bagaimana mau bilang tidak ada lagi angka kekerasan terhadap perempuan," ujar Azriana.

Kompas TV Mendagri Minta Pemerintah Gowa Kaji Ulang Perda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com