Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Investigasi Dugaan Penyelundupan Senjata Himpun Informasi di Sudan

Kompas.com - 01/02/2017, 20:16 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim investigasi dugaan penyelindupan senjata dari Kementerian Luar Negeri dan Polri sudah sampai di Sudan. Mereka tiba pada Minggu, 29 Januari 2017. Selama dua hari setelahnya, tim investigasi bertemu dengan sejumlah pihak mulai dari pemerintah Sudah hingga Police Commisioner dari Unamid.

"Jadi (tim) belum masuk ke substansi (penyelidikan dugaan penyelundupan senjata)," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Rabu (1/2/2017).

Bahkan, tim investigasi belum bertemu dengan Kontingen Polri Formed Police Unit ke-8 yang dituduh menyelundupkan senjata. Tim baru akan bertemu para personel Polri Kamis (2/2/2017) besok.

Kepada para pejabat pemerintahan Sudan dan pejabat Unamid, tim investigasi menghimpun informasi soal aktivitas FPU-8 selama mengemban misi perdamaian di Sudan. Hasilnya pun positif.

"Mereka sangat mengapresiasi peran Indonesia. Termasuk kontingen Polri (FPU-8 yang dituduh menyelundupkan senjata). Kontingen kita dinilai salah satu yang terbaik," ujar Retno.

(Baca: Ini Tiga Kejanggalan Dugaan Penyelundupan Senjata di Sudan)

Oleh sebab itu, pemerintah Sudah dan pejabat Unamid juga berkomitmen untuk memberikan kerja sama yang baik dengan tim untuk mengusut kebenaran dugaan penyelundupan senjata itu. Tim dijadwalkan berada di Sudan hingga 7 Februari 2017 yang akan datang.

Retno berharap hingga pada waktu itu, tim sudah menemukan hasilnya. Ia juga tidak menutup kemungkinan keberadaan tim di Sudan bisa diperpanjang hingga beberapa waktu ke depan.

Kronologi kejadian tersebut yakni pada 15 Januari 2016, rombongan sejumlah 139 orang bertolak ke bandara untuk kembali ke Indonesia. Barang-barang mereka dimasukkan ke dalam dua kontainer dan dibawa ke bandara.

(Baca: Usut Tuduhan Penyelundupan Senjata, Indonesia dan Sudan Investigasi Gabungan)

Barang-barang itu dimasukkan ke mesin deteksi, namun tiba-tiba seorang petugas menunjuk sebuah koper, apakah milik rombongan Indonesia. Karena warna kopernya berbeda dan tak ada label Indonesia, mereka membantah memiliki koper tersebut. Ternyata, setelah dideteksi, dalam koper itu berisi senjata.

Secara tegas, rombongan yang dipimpin oleh AKBP John Huntalhutajulu membantah koper tersebut milik mereka. John dan rombongan menduga koper tersebut tercampur dengan koper mereka.

Kompas TV TNI Bantah Ada Anggotanya Selundupkan Senjata di Sudan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com