JAKARTA, KOMPAS.com - Hakim Agung Artidjo Alkostar membenarkan adanya penyamaran yang dilakukan sejumlah hakim agung ketika menyidak pengadilan negeri yang ada di Jakarta pada Kamis (26/1/2019) lalu.
Turunnya pimpinan MA ke lapangan, kata Artidjo, sebagai komitmen dan upaya MA dalam mewujudkan lembaga peradilan di bawah MA yang berintegritas.
"Kami ini pimpinan hanya untuk membuktikan komitmen untuk membersihkan, supaya pengadilan ini tetap bersih," ujar Artidjo di sela acara peresmian Tower Mahkamah Agung (MA) RI dan 135 gedung Kantor Pengadilan pada empat lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia yang di gelar di kantor MA, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2017).
Selain itu, para hakim agung juga ingin mendapat gambaran lebih jelas mengenai kondisi sebenarnya di kantor pengadilan. Oleh karena itu, agar tidak dikenali jajaran pengadilan, mereka menyamar.
"Kami menyamar supaya kami enak masuknya (ke kantor pengadilan) ke dalam itu. Enggak diketahui orang," kata Artidjo.
Artidjo mengatakan, ada sejumlah hasil atas investigasi yang dilakukan pada hari itu. Misalnya, ditemukan transaksi jual beli informasi dan pungutan liar perkara tilang kendaraan yang dilakukan oleh staf Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Setelah mendapati temuan tersebut, pihaknya langsung menegur Kepala Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
"Ada transaksi di masjid sudah difoto. (Dikasih bukti) Ketua PN enggak bisa anu (mengelak) lagi. Orangnya (staff)-nya sudah diperiksa," kata Ketua Kamar Pidana di MA tersebut.
Sementara itu, Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali menjelaskan perihal teknis penyamaran yang dilakukan para hakim agung di hari itu.
Sejak pagi, kata Hatta, para pimpinan memastikan tidak datang ke MA di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, tetapi berkumpul di rumah dinasnya di bilangan Widya Chandra. Adapun alasan yang disampaikan ke kantor, yakni para pimpinan ingin menggelar rapat di luar kantor.
"Jam 08.00 WIB pagi. Sopir kami suruh pulang, jemputnya jam 13.00 WIB. Sopir pun enggak tahu, kami enggak naik mobil dinas, tapi sewa mobil saja," kata Hatta.
Tidak hanya itu, untuk menyukseskan penyamaran ini, Hatta melengkapi dirinya dengan jenggot palsu yang diapadukan dengan kacamata hitam dan topi. Bahkan, jenggot palsu tersebut sengaja dibeli dari Yogyakarta.
"Kalau penyamarannya pasang sendiri. Cuma itu (jenggotnya) halus (enggak kelihatan palsu). Pesannya di Jogja, rada mahal, tapi enggak apa-apa," kata Hatta.