Nama Nagari Sulit Air mungkin masih terdengar asing di telinga. Tapi tak disangka dari nagari yang berlokasi di dekat Danau Singkarak ini lahir pejuang-pejuang dan tokoh-tokoh yang berkontribusi besar di bidang sosial politik.
Warga nagari ini ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan di era kolonialisasi. Jika pernah mendengar Perang Paderi, warga nagari ini ikut serta berjuang. Setelah Indonesia merdeka, begitu banyak warga Nagari Sulit Air turut mempertahankan kemerdekaan. Baik di bidang pemberitaan sebagai jurnalis, ataupun aktif berpolitik.
Salah satu anak nagari ini adalah Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang. Sulit Air adalah tanah kelahiran nenek moyangnya. Sabtu, (30/4), bertepatan dengan puncak perayaan HUT Sulit Air ke-195, Oesman bersama dengan beberapa anggota MPR RI hadir di sana. Selain untuk merayakan HUT nagari tersebut juga untuk mensosialisasikan empat pilar demi membangkitkan kembali semangat kebangsaan di nagari tersebut.
Oesman menunjukkan kegembiraannya saat bertemu dengan ribuan warga Sulit Air yang begitu antusias menyambut acara hari itu. Ia mengajak warga yang hadir untuk mengembangkan nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa.
"Di sini timbul rasa percaya diri untuk membangkitkan jiwa kebangsaan," ujarnya.
Sosialisasi empat pilar untuk warga Sulit Air disampaikan oleh Ketua Fraksi Nasdem di MPR, Bachtiar Ali. Warga yang hadir pada perayaan dan sosialisasi empat pilar tersebut tidak hanya mereka yang masih tinggal di Sulit Air, tetapi juga yang sudah merantau dan sukses baik di kota lain ataupun di luar negeri.
Bachtiar mengutip pedoman orang Minang dalam pemaparan empat pilarnya yaitu adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Ia berani mengatakan bahwa ungkapan tersebut hampir serupa dengan Pancasila sila ke-1 yaitu Ketuhanan yang Mahaesa.
Indonesia adalah negara majemuk yang punya banyak suku dan etnis, tidak hanya diperuntukkan bagi orang Melayu dan Islam saja. Apalagi ideologi tertentu. Lagipula, Bachtiar mengatakan bahwa Indonesia yang terdiri dari beragam suku dipersatukan oleh Bahasa Indonesia.
"Soal Bahasa Indonesia, kita patut bangga dengan negara kita yang selain punya Pancasila sebagai landasan bernegara, kita punya bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Negara lain seperti Belgia, India dan Kanada masih berjuang merumuskan bahasa persatuannya, " ujar Bachtiar.
Terkait UUD 1945 yang jadi landasan hukum, dia mengatakan memang benar saat ini sudah diamandemen sebanyak empat kali. Tapi, menurutnya hal tersebut tidak akan merubah ruh dalam UUD 1945, karena bagian pembukaan tetap sama.
" Pembukaan itu adalah roh yang menjiwai bangsa. Kita patut bangga juga karena dalam konstitusi kita sudah mengakui lebih dulu dari negara lain soal HAM lewat poin kemerdekaan adalah hak segala bangsa," lanjutnya.
Perayaan HUT Nagari Sulit Air dan sosialisasi empat pilar kemudian diisi juga dengan penandatanganan prasasti oleh Oesman Sapta dan segenap jajaran pemerintah Kabupaten Solok dan tokoh Nagari Sulit Air. Prasasti tersebut dimaksudkan untuk menghormati kepahlawanan warga Sulit Air memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. (Adv)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.