Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat "Orang Baduy Dalam" Berkantor di Jakarta...

Kompas.com - 05/04/2016, 16:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Jilan Rifai (31) sadar bahwa dia jadi pusat perhatian. Tampilannya hari ini memang berbeda dari hari biasanya.

Kain putih bertekstur kasar terlilit di kepala. Bajunya bukan kemeja lengan panjang biasa. Tekstur kainnya berserat, kancingnya dari leher sampai pinggang.

Kostum itu semakin pas saja dengan tas kain yang melintang dari pundak ke pinggang. Sekilas, bahan tas itu mirip karung gula.

Melirik sedikit ke bawah, celana panjang putih hanya terlihat dari lutut hingga pergelangan kaki yang tak beralaskan apa pun. Sisanya tertutup sarung hitam.

"Yang saya pakai ini pakaian tradisional khas suku Baduy Dalam," ujar Jilan saat berbincang santai dengan Kompas.com di meja kerjanya, Selasa (5/4/2016) pagi.

Pakaian itu tampak kontras dengan aktivitasnya yang duduk di meja dengan seperangkat komputer. Kamera DSLR, tas, dan buku-buku ada di sampingnya.

Jilan adalah pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ia merupakan fotografer pada Biro Komunikasi Layanan Masyarakat (BKLM).

Hari ini sudah keempat kalinya ia dan semua pegawai Kemendikbud mengenakan pakaian daerah setelah dikeluarkan imbauan oleh Menteri Anies Baswedan untuk mengenakan pakaian daerah setiap Selasa pekan pertama dan ketiga.

Fabian Januarius Kuwado Jilan Rifai (31), salah satu pegawai Kemendikbud, mengenakan pakaian adat Badui Dalam saat bekerja, Selasa (5/4/2016).
Rekan-rekan seperjuangan Jilal pun mengenakan pakaian daerah Nusantara. Ada yang mengenakan pakaian adat Betawi, Jawa Tengah, Bali, dan lain-lain.

Pakaian adat Baduy Dalam itu baru dikenakan saat ia sampai di kantor. Ia masih malu-malu untuk mengenakan pakaian adat seheboh itu sejak dari rumah.

"Tetapi, lain kali boleh juga sih dipakai dari rumah ya," ujar dia.

Positive thinking

Secara pribadi, Jilan mengapresiasi kebijakan Menteri Anies.

Dia mengakui, ada pihak yang memandang sebelah mata kebijakan itu sebagai pencitraan semata. Namun, Jilan tetap positive thinking.

"Kalau lihat anak muda sekarang, cenderung fashion-nya ke Jepang, Korea. Padahal, kalau dilihat adat Indonesia itu beragam. Kenapa enggak pakaian itu yang ditonjolkan? Seru juga, lagi," ujar Jilan yang asli Jawa Tengah itu.

Atas dasar itu pula ia rela merogoh kocek hingga Rp 500.000 untuk membeli satu set pakaian khas suku Baduy Dalam sepekan lalu saat kebetulan sedang mengemban dinas di Lebak, Banten.

Pada awalnya, memang terkesan aneh, tetapi ia yakin jika mengenakan pakaian daerah dalam bekerja sudah menjadi kebiasaan, maka lama-kelamaan akan menjadi identitas yang unik dan populer.

"Toh pakaian adat ini ternyata juga nyaman kok digunakan saat bekerja. Jadi, ya seru saja pakai seperti ini," ujar dia.

Jika sudah biasa, ia tidak perlu ragu lagi mengenakan pakaian daerah sejak dari rumah. Pekan yang akan datang, Jilan pun berniat untuk mengenakan pakaian daerah dari Indonesia timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com