Dia mengklaim, jika partai berlambang pohon beringin dibawah kepemimpinannya, maka akan menjadikan Golkar progresif, kuat dan aspiratif.
Dia pun menyatakan akan menciptakan kader-kader Golkar yang mumpuni dan idealis, tidak sekadar mengejar materi.
"Harapan masyarakat terhadapa Partai Golkar cukup tinggi. Partai ini tidak melulu pragmatis, masih memiliki idealisme. Masih ada semangat dan etos kerja, para politisi yang tidak semata-mata materealistis," ucap Airlangga saat berada di Medan, Jumat (18/3/2016).
(Baca: Airlangga: Waspadai "Alumni" Golkar)
Airlangga juga ingin membuat Partai Golkar kembali menjadi rumah yang nyaman bagi seluruh kader untuk menghindari terjadi perpecahan dan pembuatan partai baru.
Salah satu yang akan dilakukan untuk membuat hal itu adalah dengan memilih calon legislatif tidak hanya berdasarkan modal, tetapi juga kemampuan dan keinginan untuk bekerja sebagai wakil rakyat.
Menurut Airlangga, tantangan Partai Golkar saat ini memang berat, konflik berkelanjutan telah merugikan citra partai ini. Sehingga, dia menyatakan konflik tersebut harus segera diakhiri. Pasalnya, konflik tidak juga berakhir, maka para alumni Golkar sudah menunggu kehancuran itu terjadi.
(Baca: Dua Kubu Sepakat Munas Golkar Diselenggarakan Awal Mei 2016)
"Para alumni-alumni atau asosiate Partai Golkar sebetulnya menunggu, kalau Golkar tidak bisa recover, maka mereka yang ingin mengambil alih pasar Partai Golkar. Kita tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Saya yakin kita bisa bersama-sama mengembalikan kejayaan Partai Golkar," ucap dia.
Hadir dalam acara silaturahmi ini yakni Plt Ketua DPD Partai Golkar Sumatera Utara, Nurdin Halid. Nurdin menganggap Partai Golkar butuh pemimpin yang mumpuni sehingga bisa membuat Golkar kembali unjuk gigi.
"Mudah-mudahan, kalau Pak Erlangga terpilih dia berhasil memperjuangkan di lembaga legeslatif untuk merubah sistem pileg dari terbuka menjadi tertutup. Kalau itu, maka pertarungannya adalah pertarungan kualitas kader untuk mengajak rakyat memilih Partai Golkar. Bukan pertarungan uang, caci mencaci, atau jeruk makan jeruk sesama kader," papar Nurdin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.