Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revisi UU Intelijen Hanya Wacana, Belum Ada Naskah Akademik

Kompas.com - 22/01/2016, 17:59 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Revisi UU Intelijen Negara tak masuk dalam pembahasan rapat Panja Prolegnas DPR dengan pemerintah, Rabu (20/1/2016) lalu.

Rapat itu menyepakati 40 RUU masuk dalam Prolegnas Prioritas 2016. Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Firman Soebagyo mengatakan, hingga saat ini DPR belum menerima naskah akademik revisi UU Intelijen Negara dari pemerintah.

Revisi UU itu baru sebatas wacana.

"Yang jadi berita selama ini baru sebatas wacana yang diusulkan dari Menko Polhukam dan yang lainnya," kata Firman, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Sebelumnya, Kepala BIN Sutiyoso meminta agar BIN diberi wewenang penangkapan dan penahanan terhadap terduga teroris.

Permintaan itu dilontarkan pasca serangan teror yang terjadi di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Menurut Firman, BIN selama ini selalu menjalankan operasi secara tertutup. Sehingga, yang diperlukan BIN dalam mengantisipasi terjadinya aksi teror yaitu peningkatan kerja sama dengan aparat keamanan lain.

UU Terorisme perlu perhatikan perkembangan teknologi

Salah satu UU yang disepakati pemerintah dan DPR untuk direvisi pada Prolegnas Prioritas 2016 yaitu, UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Revisi UU itu menjadi inisiatif pemerintah.

Menurut Firman, dalam revisi UU Antiterorisme, pemerintah perlu memerhatikan aspek perkembangan teknologi.

Sebab, perkembangan belakangan ini, aksi teror tak lagi dikendalikan di dalam negeri, melainkan di luar negeri.

"Memang ada dua hal penting yang memang belum diakomodir, penggunaan teknologi modern dan terorisme tidak digerakan dalam negeri tapi luar negeri," ujar Firman.

Selain itu, ia juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan fungsi pengawasan di wilayah perbatasan.

Menurut dia, seringkali senjata yang digunakan pelaku teror bukan berasal dari dalam negeri, melainkan dari luar negeri.

Adapun untuk transaksi senjata itu biasanya kerap dilakukan di wilayah perbatasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap Publikasikan Nama Calon Menteri Tidak Tepat, PAN: Tunggu Prabowo Minta Dulu

Anggap Publikasikan Nama Calon Menteri Tidak Tepat, PAN: Tunggu Prabowo Minta Dulu

Nasional
DKPP Gelar Sidang Perdana Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Rabu Besok

DKPP Gelar Sidang Perdana Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Rabu Besok

Nasional
4 Wilayah di Bali Jadi Kabupaten Lengkap, Menteri ATR/BPN AHY: Semoga dapat Perkuat Semangat Investasi

4 Wilayah di Bali Jadi Kabupaten Lengkap, Menteri ATR/BPN AHY: Semoga dapat Perkuat Semangat Investasi

Nasional
Kemenkes Ungkap Belum Semua Rumah Sakit Siap Terapkan KRIS

Kemenkes Ungkap Belum Semua Rumah Sakit Siap Terapkan KRIS

Nasional
Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Nasional
Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Nasional
Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Nasional
Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Nasional
Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Nasional
Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Nasional
Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com