Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menyembuhkan" Partai Tua, Partai Golkar.....

Kompas.com - 20/01/2016, 14:45 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada era kejayaannya, Golkar dan juga rezim Orde Baru didukung oleh tiga kekuatan ABG, yakni ABRI, birokrasi, dan politisi Golkar. Faktor pemersatunya adalah faktor S, yakni Soeharto, yang memimpin Golkar sekaligus berada di posisi puncak kekuasaan sebagai Presiden selama lebih dari 30 tahun.

Namun kini, Soeharto sudah tiada. Golkar kehilangan tokoh kharismatik yang secara efektif dapat mencegah perpecahan dalam tubuh partai tertua itu. Saat ini, tidak lagi mudah untuk menjaga keutuhan Partai Golkar hanya dengan mengandalkan figur semata.

Bahkan, belum lama berselang, pada hari Minggu, 13 Desember 2015, Partai Golkar juga "ditinggalkan" oleh Mayor Jenderal (Purn) Suhardiman. (Alm) Suhardiman bukan tokoh politik biasa. Dia adalah pendiri Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) sekaligus juga pendiri Partai Golkar.

Kepergian Suhardiman meski tidak mengoyahkan posisi politik Golkar, tetapi jelas tidak menguntungkan Partai Golkar. Walau tentu saja maut tidak dapat dihindarkan. Padahal Suhardiman juga "aset" Golkar dengan posisinya sebagai "dukun politik" Partai Golkar. Suhardiman yang selama ini dengan analisis tajamnya selalu tepat meramalkan masa depan Partai Golkar.

Dukun politik itu kini juga sudah tidak mungkin dimintai pertolongan untuk "menyembuhkan" Partai Golkar. Golkar, partai yang pernah menjadi partai terbesar di republik ini, kini sedang "sakit keras".

Sulit menyangkal bahwa Partai Golkar sedang baik-baik saja. Indikatornya adalah Partai Golkar tidak mendudukkan diri sebagai tiga besar partai yang kadernya memenangkan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015. Meski sempat duduk sebagai partai kedua terbesar pada pemilihan legislatif 2014 kini justru PDI-P dan Nasdem yang berjaya saat pilkada serentak.     

"Berdasarkan catatan saya, Golkar hanya menang di 48 pilkada," ujar tokoh muda Partai Golkar Ace Hasan Syadzily. Karena pilkada serentak digelar di 269 daerah, maka artinya penetrasi kemenangan Golkar hanya terjadi di kurang dari 20 persen daerah.

Sakitnya Partai Golkar, salah satunya disebabkan pertarungan mempertahankan figur. Padahal, Golkar dapat  bertahan di awal masa reformasi bukan karena figur tertentu tetapi oleh penataan kelembagaan partai, penataan perkaderan, hingga penanaman nilai-nilai kegolkaran yang sesuai kebutuhan reformasi dan demokratisasi.

Sistem yang terbentuk itu ditasbihkan oleh Ketua Umum Partai Golkar (1998-2004) Akbar Tandjung sebagai "Paradigma Baru Partai Golkar". Akbar Tandjung bahkan menjadi "korban" dari Konvensi Calon Presiden dari Golkar pada tahun 2014 dengan kalah dalam konvensi tersebut. Kekalahan Akbar memperlihatkan sistem yang dibangunnya benar-benar berjalan.

Akbar Tandjung pula yang dikatakan oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurdin Halid supaya tidak perlu didengarkan suaranya berkenaan dengan desakan untuk menggulirkan Munas Bersama Partai Golkar pada tahun 2016. Padahal, suka atau tidak suka, Akbar selalu berdiri di tengah pergolakan bersejarah di partai Golkar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com