Manajerial di Golkar
Bagi Andi Harianto Sinulingga, kader muda Partai Golkar, "sakit" di tubuh Golkar hanya mungkin disembuhkan bila partai tua ini membangun kembali sistem manajerialnya.
"Partai Golkar harus memulai kembali pengambilan keputusan melalui rapat-rapat rutin yang demokratis. Ketika Sudharmono menjadi Ketua Umum Golkar, beliau memimpin rapat dua minggu sekali. Tiap hari Sabtu dan Minggu, Sudharmono juga mengunjungi kader di daerah," ujar Andi.
Manajemen kepemimpinan berbasis kinerja, kata Andi juga adalah satu-satunya pola yang boleh dianut dan ditaati oleh ketua umum. "Karena ketua umum dipilih menjadi manajer utama partai bukan untuk menjadi penguasa tunggal yang memiliki partai untuk menjalankan kepentingannya sendiri," ujarnya.
Kata-kata Andi sangat relevan dengan fakta terkini yakni dengan kisruh antarfaksi Golkar di DPR. Tampak sekali betapa sistem di Partai Golkar belum atau bahkan tidak terbangun. Sikap saling menghancurkan dan selalu bertikai, jauh dari rasa memiliki sebuah partai besar.
Dalam epilog buku Golkar Sejarah yang Hilang (Komunitas Bambu, 2013), sang penulis David Reeve mengutip pendapat Ketua Umum Partai Golkar (1973-1983) Amir Murtono yang diungkapkan pada tahun 1974.
Amir menjelaskan bahwa keluarga besar Golkar harus menganut asas handarbeni, hangrukebi, dan mulat sariro. Maksudnya adalah, kader Golkar harus menganut asas "milik bersama, berbagi tanggungjawab, dan selalu menjaga diri".