Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar Sudah Lama "Pelototi" Kelompok Bahrun Naim

Kompas.com - 15/01/2016, 13:48 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku mendapat informasi bahwa kelompok teroris Bahrun Naim akan melancarkan serangan pada akhir tahun 2015.

Karena itu, Ganjar berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk mencegah terjadinya serangan teror di wilayahnya.

"Kita tahu, memang jejak sejarah Bahrun Naim ada di Jawa Tengah, makanya dari awal pelototi ini terus menerus untuk mencegah yang seperti ini tidak boleh terjadi," kata Ganjar di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (15/1/2016).

Meski mendapatkan informasi, kata Ganjar, tapi aparat penegak hukum tidak pernah mengetahui kapan kelompok itu akan melancarkan aksinya. Namun, ia pastikan situasi di Jawa Tengah aman.

Ganjar lalu mengusulkan agar Kementerian Hukum dan HAM membatasi waktu pertemuan terpidana kasus terorisme di Lapas Nusakambangan. (baca: Kapolri Sebut Ada Aliran Dana dari Bahrun Naim untuk Jaringan ISIS di Indonesia)

Ia juga menyarankan agar ruang pertemuan di lapas tersebut dibuat terbuka untuk mencegah adanya kegiatan baiat yang membuat seseorang bersedia menjadi pelaku teror.

"Pemerintah harus lebih berani, harus lebih keras," ujarnya.

Sel ISIS pimpinan Bahrun Naim diduga kuat merupakan dalang dari aksi pengeboman di sekitar Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016) siang.

Bahrun disebutkan ingin membuktikan pengaruhnya di Indonesia agar bisa menjadi pimpinan ISIS di Asia Tenggara. (baca: Bahrun Naim, Bom Sarinah, dan "Konser" yang Tertunda...)

"Di Asia Tenggara, ada Bahrun Naim yang ingin mendirikan Khatibah Nusantara. Dia juga ingin menjadi leader untuk kelompok ISIS di Asia Tengah," ujar Kepala Polda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian, dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Kamis petang.

Tito mengungkapkan, aksi radikal dilakukan lantaran untuk menjadi pemimpin ISIS di Asia Tenggara, Bahrun memiliki saingan di Filipina selatan.

Bahrun Naim merupakan terduga teroris yang pernah ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror pada November 2010 silam.

Saat ditangkap dari rumah kontrakan di Pasar Kliwon, Solo, polisi juga mengamankan ratusan butir peluru. (baca: Bom Sarinah, Pembuktian Bahrun Naim untuk Pimpin ISIS di Asia Tenggara)

Dia kemudian divonis 2,5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Solo. Pada 2014, Bahrun bertolak ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Saat ini, posisi Bahrun diketahui ada di Raqqah, sebuah provinsi di sebelah selatan Suriah.

Tito mengungkapkan, pergerakan Bahrun sebenarnya sudah diketahui. Dia disebutkan memiliki pengaruh ke jaringan radikal di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Tito menambahkan, simpatisan ISIS yang ada di bawah kendali Bahrun juga sudah diketahui akan melakukan aksi bom bunuh diri pada malam Natal dan tahun baru.

Namun, ketika itu aparat kepolisian berhasil menangkap sejumlah pengikutnya di beberapa daerah.

Meski sudah melakukan pencegahan, Tito mengaku tidak bisa memprediksi setiap gerakan kelompok teroris ini sehingga ledakan pun terjadi di Sarinah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com