JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua sementara Komisi Pemberantasan Korupsi Taufiequrrachman Ruki merasa tahun 2015 merupakan tahun yang berat bagi KPK.
Di awal tahun saja, KPK sudah digoyang dengan berbagai hiruk pikuk seperti kriminalisasi dua komisioner yang jadi tersangka, juga gelombang praperadilan.
"Buat saya ini tahun yang berat. Tapi alhamdulillah semua bisa dilalui," ujar Ruki di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (15/12/2015).
Ruki mengatakan, sebagian besar sumber daya yang dikerahkan KPK untuk fungsi pencegahan.
Memang hasilnya tidak terlalu terlihat, namun diakui Ruki prosesnya sangat panjang.
Fungsi pencegahan ini pun kerap diabaikan masyarakat karena dianggap kurang menarik dari segi pemberitaan.
"Tapi harus dilakukan. Sebab betapa banyak penindakan maka yang berasa seolah korupsi semakin banyak dan lebar," kata Ruki.
"Sebetulnya bukan semakin banyak korupsi, tapi semakin banyak yang dibuka," ucapnya.
Pimpinan sementara KPK Johan Budi mengatakan, pencapaian KPK tahun ini sedikit terganggu karena hiruk-pikuk tersebut.
Diakui Johan bahwa banyaknya gugatan praperadilan dari tersangka menyedot sumber daya manusia mau pun waktu KPK dalam penanganan perkara.
"KPK diguncang hiruk pikuk tak hanya friksi dengan lembaga lain tapi juga praperadilan sehingga kinerja KPK tersedot untuk urusan seperti itu," ujar Johan.
Capaian prestasi
Ruki mengatakan, tak hanya hal-hal berat yang dialami KPK sepanjang tahun 2015.
KPK, kata Ruki, kembali mendapatkan predikat wajar tanpa pengecualian untuk Laporan Hasil Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Selain itu, KPK juga memperoleh nilai A untuk akuntabilitas kinerja yang dipertahankan sejak tahun 2010.
"Hari ini di kantor Wapres, kita masih dapat penghargaan, peringkat ke-3 antar komisioner nonpemerintah yang memelihara keterbukaan publik. Peringkat pertama PPATK dan kedua adalah KPU," kata Ruki.
Ruki menuturkan, KPK terus berusaha bertanggung jawab kepada publik dan mengedepankan asas keterbukaan.
Namun, diakui Ruki, prestasi tersebut bukan pencapaian maksimal KPK.
"Tentu kami tidak bisa memuaskan publik 100 persen. Kemungkinan komunikasi tak tersambung dengan baik," tutur Ruki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.