Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon Tak Menyesal Bertemu Donald Trump

Kompas.com - 10/12/2015, 13:20 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fadli Zon ikut mengecam pernyataan bakal calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ingin melarang umat Muslim masuk ke AS. Fadli yang pernah bertemu dan selfie dengan Trump ini menganggap pernyataan tersebut konyol.

"Menurut saya, pernyataan Donald Trump itu pernyataan yang konyol. Itu melanggar HAM," kata Fadli saat dihubungi, Kamis (10/12/2015).

Fahri mengatakan, AS adalah salah satu negara demokrasi yang menjunjung tinggi keberagaman. (Baca: Bertemu Donald Trump, Fadli Zon Sempat Minta Tanda Tangan dan "Selfie")

Warga Muslim di AS, lanjut Fadli, jumlahnya cukup banyak dan bahkan juga memberikan kontribusi bagi Negeri Paman Sam itu.

"Kalau dia menyatakan hal yang diskriminatif seperti itu, itu sangat bertentangan," ucap politisi Partai Gerindra itu.

Kendati demikian, Fadli mengaku tidak menyesali pertemuannya dengan Trump pada September 2015 lalu. (Baca: Fadli Zon Serahkan Topi dari Donald Trump dan Minta KPK Jangan "Lebay")

Menurut dia, pertemuan Trump dengan rombongan delegasi DPR yang sempat diusut oleh Mahkamah Kehormatan Dewan itu murni untuk membahas investasi dan tak ada hubungannya dengan sikap diskriminatif Trump ke umat Muslim.

"Enggak (menyesal)-lah, kan enggak ada urusan. Kalau dia berinvestasi di Indonesia, ya bagus-bagus saja," ucap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

MKD sebelumnya menjatuhkan sanksi teguran terhadap Ketua DPR Setya Novanto dan Fadli Zon. Mereka dianggap melakukan pelanggaran kode etik ringan saat bertemu Trump di New York. (Baca: MKD Putuskan Novanto-Fadli Langgar Kode Etik Ringan)

Setya dan Fadli dinilai kurang hati-hati menjalankan tugas di luar negeri dengan kesalahan ada pada jawaban Setya saat Trump menanyakan apakah penduduk Indonesia menyukai dirinya.

Dalam pidatonya di atas kapal USS Yorktown pada Senin (7/12/2015) waktu AS, Trump menyatakan, penghentian masuknya Muslim ke AS harus diterapkan "sampai para wakil rakyat kita bisa memecahkan apa yang sebenarnya tengah terjadi".

Pidato ini juga dipengaruhi penembakan massal di California, AS, yang menewaskan belasan orang.

"Kita tak punya pilihan," kata Trump sembari menambahkan bahwa para pelaku radikal ingin membunuh orang-orang Amerika. (Baca: Ini Bisnis Donald Trump di Negara-negara Muslim)

"Keadaannya semakin buruk saja. Kita akan mengalami lebih banyak (peristiwa) World Trade Center," kata dia merujuk serangan 11 September 2001.

Pernyataan kontroversial ini sudah mendapat kritikan dari banyak pihak, baik di dalam maupun luar negeri. (Baca: Donald Trump Tak Peduli dengan Kecaman terhadap Dirinya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com