JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengingatkan agar semua pihak berhati-hati dalam menyikapi konflik di Timur Tengah. Konflik itu bisa saja lebih besar dari masalah Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS).
"Dalam memahami ISIS, ini memang harus dilihat secara utuh dalam konteks konflik di Timteng. Tindakan ISIS ini adalah cara untuk menyeret Eropa, untuk terlibat lebih jauh di konflik Timteng," kata Mahfudz di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (16/11/2015).
Menurut Mahfudz, apa yang terjadi di Timur Tengah saat ini melibatkan banyak faktor dan aktor. Masing-masing aktor memiliki konflik kepentingan berbeda.
Oleh sebab itu, ia mengingatkan agar para pemangku kebijakan, khususnya di Indonesia, dapat lebih bijak dalam menyikapi konflik yang terjadi.
Ia mencontohkan, di Timur Tengah, terdapat konflik antara Sunni dan Syiah serta pergerakan yang dilakukan oleh kelompok radikal yang menolak keberadaan rezim yang berkuasa.
"Di Indonesia, juga ada konflik Sunni-Syiah, juga ada benih-benih kelompok radikal. Bedanya, di Timur Tengah ada sentimen anti-Barat," ujarnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu khawatir ada upaya untuk menarik pihak lain ke dalam pusaran konflik tersebut. Negara yang sebelumnya tidak memiliki kaitan langsung dengan konflik tersebut justru terseret masuk ke dalamnya.
"Jadi, jangan sederhanakan di Timur Tengah ini hanya ISIS. Bisa-bisa mereka itu hanya false flag instrument yang diciptakan oleh pihak lain untuk menciptakan konflik yang lebih besar," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.