Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Yoyok Sempat Emosional Saat Risma Ingin Mundur sebagai Wali Kota

Kompas.com - 06/11/2015, 10:16 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, peraih penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015, rupanya sempat ingin mengundurkan diri sebagai kepala daerah.

Keinginan itu muncul setelah Tri Rismaharini menyampaikan ingin berhenti memimpin Kota Surabaya sebelum penyelenggaraan Pilpres 2014. (Baca: Mengenal Bupati Yoyok, "Mayor Edan" Penerima Bung Hatta Award 2015)

"Kalau Mbak Risma saja enggak kuat, apa lagi saya?" kata Yoyok seusai menerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015 di Jakarta, Kamis (5/11/2015) malam.

Dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta, saat itu, Risma mengaku banyak tekanan yang ia hadapi selama menjadi Wali Kota Surabaya. Tekanan itu yang akhirnya membuat ia ingin mengundurkan diri.

"Saya sebenarnya sempat emosional, kenapa orang yang seperti itu mau mundur? Nek ngono bareng-bareng wae lah Mbak, nggolek kanca (Kalau begitu, bareng-bareng ajalah, Mbak, cari teman)," kata Yoyok.

"Tapi, alhamdullilah enggak jadi. Pas begitu, Mas Jokowi (Joko Widodo) dan Bu Mega (Megawati Soekarnoputri) ke sana, cium tangan, selesai. Ora mundur (tidak mundur)," lanjut dia.

Yoyok mengaku dirinya sejak awal tak memiliki ilmu birokrasi. Ketika lulus di Akademi Militer 1994, ia langsung berkarier sebagai prajurit TNI.

Saat terpilih menjadi bupati, dia sempat kaget. (Baca: Ketika Bupati Tokoh Antikorupsi Melucu di Depan Ahok yang Jadi Idolanya)

"Susah? Ya, susah. Ibarat nyetir bus yang tulisannya Pemkab Batang, isinya itu ada DPRD Batang, masyarakat, sama birokrasi," ujarnya.

Yoyok menambahkan, di dalam pemerintahan, ada tiga komponen utama, yakni sistem, petunjuk teknis dan pelaksanaan, serta manusia yang menjalankan birokrasi. (Baca: Profil Bupati Tokoh Antikorupsi, Pernah di TNI, BIN hingga Jadi Pedagang)

Ketiga komponen itu memiliki persoalan yang berbeda. Lantaran tak memiliki ilmu birokrasi, akhirnya Yoyok memilih belajar sambil praktik.

Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari Festival Anggaran hingga akhirnya ia belajar ke Risma bagaimana mengelola proses pengadaan barang dan jasa yang baik untuk meminimalkan praktik korupsi.

Pemkab Batang kemudian menerapkan sistem layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) yang metodenya digunakan Pemkot Surabaya. (Baca: Ini Terobosan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo hingga Terpilih Jadi Tokoh Antikorupsi)

"Alhamdullilah kemarin dapat penghargaan ISO 27001," kata dia.

Tak sampai di situ, ia juga sempat menggandeng sejumlah lembaga swadaya masyarakat, seperti Indonesia Corruption Watch, Transparency International Indonesia, dan juga Ombudsman RI untuk mengajarinya bagaimana cara menjalankan pemerintahan yang transparan.

Langkah itu rupanya berhasil dan membawa dia menerima penghargaan sebagai tokoh antikorupsi dari Bung Hatta Awards.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com