Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Akan Bangun Gedung, Ketua DPD Sebut Pemerintah Diskriminatif, Transaksional

Kompas.com - 04/11/2015, 12:50 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) protes lantaran tak mendapat anggaran untuk membangun gedung baru dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, yang baru saja disahkan.

DPD menuding, Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah telah memainkan politik transaksional sehingga DPR justru mendapat jatah pembangunan gedung baru.

"Pemerintah sekarang ini diskriminasif, hanya transaksional saja. Ada tawar menawar (dengan DPR), sementara kami memberikan pertimbangan yang lebih konstitusional," kata Ketua DPD Irman Gusman saat dihubungi, Selasa (3/11/2015) malam.

Menurut Irman, sikap diskriminatif itu terlihat dari "ditinggalnya" DPD dalam pembahasan gedung baru.

DPR menolak proposal gedung baru DPD untuk diajukan dalam RAPBN 2016 pada September lalu. Padahal, DPR yang sudah memiliki gedung justru mengajukan anggaran gedung baru dengan nilai triliunan rupiah.

Irman menambahkan, DPD menjadi satu-satunya lembaga negara yang tidak memiliki gedung sendiri. (baca: Menkeu Sebut Pemerintah Tak Berhak Larang DPR Bangun Gedung Baru)

"Bahkan KPK yang lembaga ad-hoc saja sudah dapat gedung baru," keluh dia.

Semenjak dibentuk pada tahun 2004, DPD menempati gedung yang dipinjam dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang berada di kompleks Parlemen Senayan.

Sehingga, Irman menilai sudah sepantasnya DPD memiliki gedung sendiri, dibandingkan DPR. (baca: Tim Pimpinan Fahri Hamzah Akan Kontrol Pembangunan Gedung Baru DPR)

Ruang rapat sempit

Sementara itu, Anggota DPD asal provinsi Bali, Gede Pasek Suardika mengatakan bahwa selama ini memang semua kebutuhan anggota DPD sudah cukup terpenuhi dengan fasilitas yang dipinjam dari MPR.

Namun, dia mengeluhkan sempitnya ruang rapat komite DPD yang tak mampu menampung orang banyak.

"Paling keluhannya hanya soal ruang rapat yang sempit. Kadang-kadang dari pihak pemerintah sampai harus di luar karena tidak cukup tempatnya," kata Pasek.

Menurut Pasek, pemerintah bisa saja mempertimbangkan pembangunan gedung baru DPD.

"Tapi, kami juga paham dilihat dulu apakah sesuai dengan kondisi ekonomi sekarang. Kalau sudah membaik, ya dibuatkan tidak apa," ucap mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat periode 2009-2014 itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejumlah Kader PDI-P yang Potensial Diusung dalam Pilkada Jakarta: Ahok, Djarot hingga Andika Perkasa

Sejumlah Kader PDI-P yang Potensial Diusung dalam Pilkada Jakarta: Ahok, Djarot hingga Andika Perkasa

Nasional
Kemenag Ingatkan Jemaah Umrah Indonesia di Arab Saudi Segera Pulang Agar Tak Dideportasi

Kemenag Ingatkan Jemaah Umrah Indonesia di Arab Saudi Segera Pulang Agar Tak Dideportasi

Nasional
Bareskrim Segera Kirim Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang ke Kejaksaan

Bareskrim Segera Kirim Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang ke Kejaksaan

Nasional
Hapus Kelas BPJS, Menkes: Yang Kaya, yang Miskin, Semua Terlayani

Hapus Kelas BPJS, Menkes: Yang Kaya, yang Miskin, Semua Terlayani

Nasional
26.477 Jemaah Haji Indonesia Sudah Berada di Madinah

26.477 Jemaah Haji Indonesia Sudah Berada di Madinah

Nasional
Kejagung Sita Rumah Mewah di Summarecon Serpong terkait Kasus Korupsi Timah

Kejagung Sita Rumah Mewah di Summarecon Serpong terkait Kasus Korupsi Timah

Nasional
Pimpinan Komisi X DPR Setuju 'Study Tour' Dilarang: Kalau ke Tempat Wisata, Itu Namanya 'Healing'

Pimpinan Komisi X DPR Setuju "Study Tour" Dilarang: Kalau ke Tempat Wisata, Itu Namanya "Healing"

Nasional
Ikrar Nusa Bhakti Sebut Pemerintahan Prabowo-Gibran Bakal Sibuk jika DPA Dihidupkan Lagi karena...

Ikrar Nusa Bhakti Sebut Pemerintahan Prabowo-Gibran Bakal Sibuk jika DPA Dihidupkan Lagi karena...

Nasional
Airlangga Sebut Pemerintah Segera Evaluasi Kebijakan Subsidi Energi

Airlangga Sebut Pemerintah Segera Evaluasi Kebijakan Subsidi Energi

Nasional
Gubernur Malut Diduga Beli Aset Pakai Uang dari Pengusaha Tambang

Gubernur Malut Diduga Beli Aset Pakai Uang dari Pengusaha Tambang

Nasional
Eks Hakim Konstitusi: Revisi UU MK Ancam Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman

Eks Hakim Konstitusi: Revisi UU MK Ancam Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah yang Nekat Ibadah Haji Terancam Dilarang ke Arab Saudi 10 Tahun

Kemenag: Jemaah Umrah yang Nekat Ibadah Haji Terancam Dilarang ke Arab Saudi 10 Tahun

Nasional
Bareskrim Kirim Tim Buru 3 Buron Kasus Pembunuhan Vina

Bareskrim Kirim Tim Buru 3 Buron Kasus Pembunuhan Vina

Nasional
Saksi Sebut Mutu Beton Tol Layang MBZ di Bawah Standar

Saksi Sebut Mutu Beton Tol Layang MBZ di Bawah Standar

Nasional
PDI-P Tidak Undang Jokowi ke Rakernas: Beliau Sangat Sibuk dan Menyibukkan Diri

PDI-P Tidak Undang Jokowi ke Rakernas: Beliau Sangat Sibuk dan Menyibukkan Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com