Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kader PPP Ini Benarkan Suryadharma Terima "Kiswah" dari Pengusaha Arab

Kompas.com - 30/10/2015, 15:00 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR RI Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Mukhlisin dihadirkan sebagai saksi dalam sidang perkara korupsi penyelenggaraan ibadah haji dengan terdakwa mantan Menteri Agama Suryadharma Ali.

Dalam kesaksiannya, Mukhlisin mengaku pernah melihat seorang pengusaha asal Arab Saudi, Cholid Abdul Latief Sodiq Saefudin, memberikan selembar kain penutup kabah (kiswah) kepada Suryadharma.

"Kiswah diberikan di lobi hotel, banyak orang yang melihat," ujar Mukhlisin di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (30/10/2015).

Jaksa kemudian membacakan berita acara pemeriksaan yang isinya menyebut bahwa Cholid orang terpandang di Arab Saudi. (baca: Suryadharma: Ada Permintaan Sisa Kuota Haji dari Istana, KIB II, DPR, dan Ponpes)

Biasanya, kiswah diberiksan kepada raja atau keluarganya, atau orang-orang sederajat.

Mukhlisin membenarkan isi BAP itu. Menurut dia, kiswah yang asli tidak untuk diperjual belikan di tempat-tempat umum. (Baca: Menurut Anggito, Kader PPP Paling Banyak Diakomodasi Suryadharma Jadi Petugas Haji)

Namun, ia tidak dapat memastikan kiswah yang diberikan kepada Suryadharma itu benar-benar kain yang menutupi kabah atau bukan. Pasalnya, ada kiswah biasa yang diperjualkan di pasaran.

"Yang bernilai kan yang ditempelin ke kabah. Tapi siapa yang tahu barang ini sudah ditempelin ke kabah atau enggak," kata Mukhlisin.

Mukhlisin menilai, pemberian kiswah itu sebagai bentuk penghargaan Cholid terhadap Suryadharma. Namun, bukan diartikan sebagai gratifikasi. Terlebih lagi pemberian dilakukan saat musim haji. (Baca: Anggito Mengaku Didesak Komisi VIII Terkait Petugas Penyelenggara Haji)

Saat menyerahkan kiswah, kata Mukhlisin, Cholid sempat mengucapkan sesuatu kepada Suryadharma.

"Ini rasa cinta mahabah, silaturahim. Begitu saja," kata Mukhlisin menirukan ucapan Cholid kepada Suryadharma.

"Kalau dianalogikan, kiswah itu sama dengan pedang. Orang Arab kalau dikasih pedang ada nilai kebanggannya, walau tidak ada nilainya," lanjut Mukhlisin.

Tak eksklusif

Sementara itu, Suryadharma menegaskan bahwa kiswah tersebut tidak memiliki nilai eksklusif karena banyak dijual bebas di Arab Saudi. (Baca: Saksi Benarkan SDA Gunakan Jatah Jemaah Haji untuk Keluarga dan Relasi)

Ia membantah penerimaan kiswah itu sebagai bentuk terima kasih dari Cholid karena mengabulkan pengajuan pemondokan untuk jamaah haji.

"Saya minta Cholid dihadirkan kemari. Melalui yang mulia untuk menghadirkan Cholid ke sini," kata Suryadharma.

Dalam dakwaan, Suryadharma disebut menerima selembar kiswah dari Cholid sebagai imbalan karena telah membantu meloloskan rumah-rumah yang ditawarkannya. Pemberian tersebut diserahkan Cholid melalui Mukhlisin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com