JAKARTA, KOMPAS.com - Personel TNI Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Nugini menangkap tangan dua orang mahasiswa yang membawa 1 kilogram ganja, Minggu (13/9/2015). Keduanya diserahkan ke aparat kepolisian setempat untuk diproses secara hukum.
Berdasarkan siaran pers Pusat Penerangan TNI Senin (14/9/2015), penangkapan itu diawali dengan sweeping darat yang digelar personel TNI di Pos Ampas, Kabupaten Keeroom, Papua. Sweeping tersebut digelar dalam rangka upaya antisipasi penyelundupan barang wilayah perbatasan.
"Awalnya, pemeriksaan berjalan lancar. Orang yang satu per satu kami setop tidak terbukti membawa apa-apa. Tapi tidak beberapa lama kemudian, kami menyetop dua pemuda," ujar Komandan Satgas Letkol Inf Heri Bambang.
Kepada personel TNI, kedua pemuda berinisial FY dan AD tersebut mengaku masih berstatus mahasiswa salah satu universitas di Papua. Ketika diperiksa, keduanya dalam kondisi di bawah pengaruh minuman keras.
"Lalu kami melakukan pemeriksaan badan dan motor. Kami temukan delapan bungkus ganja di motor, dua paket kecil ganja di saku jaket, enam kondom dan uang Rp 85.000," ujar Bambang.
Keduanya langsung diamankan di pos untuk diperiksa lanjutan. Hasilnya, ganja tersebut dibeli dari seorang bandar berinisial M di Kampung Bompay, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom. Rencananya, ganja itu dibawa ke Sentani untuk dijual kembali. Keduanya lalu diserahkan ke Kepolisian setempat untuk diusut perkaranya.
Sangkur AK-47
Selain itu, di Pos Kalipao, titik sweeping darat lainnya, personel TNI juga mendapati seorang pemuda berinisial ER membawa dua bungkus ganja dan satu buah sangkur AK-47. Barang bukti itu ditemukan di bagasi motor.
Bambang mengatakan, dari keterangan ER, ganja itu untuk digunakan sendiri selama bekerja sebagai pengawas pembangunan jembatan. Adapun, sangkur AK-47 digunakan untuk membela diri selama perjalanan.
"Atas penemuan barang-barang ilegal itu, kami mengambil kebijakan memperketat upaya pengamanan perbatasan, khususnya di Kabupaten Keerom, yaitu Senggi, Waris Wutung dan Komratoro yang berbatasan langsung dengan negara tetangga," ujar Bambang.
Hasil operasi tersebut, lanjut Bambang, akan diserahkan ke pemerintah kabupaten, provinsi dan kepolisian setempat. Bambang berharap dengan temuan hasil operasi itu bisa menjadi dasar pemerintah dan Polri untuk mengambil kebijakan terkait keamanan teritorial Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.