"Bicara soal ketahanan nasional dalam bahari, bukan beli kapal perang tetapi bagaimana wawasan nusantara kita, bagaimana keadilan ekonomi di Indonesia jalan dengan sifat bahari, dengan kekuatan bahari. Solusi untuk menangkap kapal asing (berikan) syok terapi, iya, tetapi jangka panjang, tanpa perbaikan kemampuan pengolaan, tidak (mungkin)" kata Kalla, saat memberikan pengarahan kepada peserta program pendidikan singkat angkatan dan program pendidikan reguler angkatan Lembaga Ketahanan Nasional, di Istana Wakil Presiden Jakarta, Senin (7/9/2015).
Menurut Kalla, masalah perikanan dalam negeri bisa diselesaikan melalui dua cara, yakni meningkatkan kapasitas listrik serta membangun banyak pelabuhan. Listrik diperlukan untuk menunjang pengadaan fasilitas pendingin ikan. Ada pun kekurangan fasilitas pendingin mengakibatkan sulitnya mengambil ikan dalam jumlah besar.
"Kekurangan listrik, tidak ada cold storage, maka tidak bisa kita produksi besar-besaran," kata Kalla.
Sementara itu, menurut Kalla, negara lain bisa menangkap ikan di Indonesia dalam jumlah besar karena mereka memiliki kapal induk dengan fasilitas pendingin ikan yang cukup.
"Karena mereka pasang kapal-kapal induk di luar Inddonesia, nangkap ikan, bawa ke luar, jadi apa yang harus dibuat setelah ini, karena Susi sudah menangkap begitu banyak kapal-kapal, sekarang tinggal bangun-bangun pelabuhan yang banyak dengan listrik yang kuat," sambung Kalla.
Oleh karena itu, Kalla menilai perlunya pembangunan pelabuhan dengan kapasitas listrik yang besar. Sebab, tanpa fasilitas pendingin, kualitas ikan yang ditangkap akan berkurang sehingga harganya pun jatuh di pasaran.
Wapres juga menekankan perlunya pendidikan teknologi terkait bahari demi mewujudkan ketahanan bahari. Budaya bahari harus disertai dengan kemampuan teknologi. Menurut Wapres, teknologi bahari saat ini berkembang luar biasa. Dengan teknologi, ongkos produksi barang pun bisa berkurang. Salah satu contoh perkembangan teknologi yang disampaikan Kalla adalah kontainer dan mobil crane.
"Kenapa kontainer menyebabkan perdagangan naik, karena kontainer memotong biaya 50 persen. Dulu kenapa pelabuhan langsung sepi setelah kontainer? Karena tidak ada lagi kuli-kuli pelabuhan, yang ada crane-crane, yang sedikit dipertanyakan di Pelindo itu," tutur Kalla.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.