"DPR banyak sekali tamu penting. Semuanya pakai karpet merah. Kalau sebentar-sebentar dicopot dan dipasang kan repot, enggak efisien," kata Win saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/9/2015).
Hal tersebut dikatakan Win menanggapi adanya surat MPR yang meminta karpet merah dicabut. Dia mengaku hingga pagi ini belum melihat surat tersebut. Dia beralasan, surat yang masuk ke Kesetjenan DPR begitu banyak.
"Surat apa? Wong kita biasa komunikasi via telepon kok pakai surat-menyurat," kata dia.
Win pun memahami protes yang disampaikan pimpinan MPR Oesman Sapta Odang atas keberadaan karpet merah itu. Begitu juga sebagian anggota DPR yang merasa terganggu karena akses ke ruang pimpinan menjadi sulit. Namun, dia meminta semua pihak untuk dapat mengerti situasi dan kondisinya.
"DPR kita sekarang ini sangat dihormati dan dihargai. Makanya, tamu penting datang berturut-turut, sebelumnya enggak ada yang seperti ini. Di-support dong," kata Win.
Sebelumnya, Setjen MPR mengirim surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal DPR bernomor B-2321/HM.03.01/B-II/SetjenMPR/09/2015 tertanggal 2 September dan ditandatangani Sekretaris Jenderal MPR Eddie Siregar. (Baca: Karpet Merah di DPR Itu untuk Siapa?)
Dalam surat itu, disampaikan permintaan agar karpet merah sebaiknya dihapus dan akses lift tidak lagi diblokir. (Baca: Oesman Sapta Risih Ada Karpet Merah di Pintu Masuk Gedung DPR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.