JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana wawancara tahap akhir calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (25/8/2015), diselingi peristiwa menggelitik. Pasalnya, salah satu calon pimpinan KPK, Laode Muhammad Syarif mengaku takut mendapat pertanyaan dari salah satu anggota Pansel KPK, Harkristuti Harkrisnowo.
"Saya takut," celetuk Syarif di tengah-tengah berlangsungnya proses wawancara di Gedung Setneg, Jakarta, Selasa.
Suasana langsung menjadi riuh dengan tawa Pansel KPK dan masyarakat yang menyaksikan jalannya proses wawancara.
Syarif mengaku, ketakutannya itu saat Ketua Pansel KPK Destry Damayanti menyudahi pertanyaan dari anggota Pansel Betti Alisjahbana. Destry mempersilakan Harkristuti untuk gantian mewawancarai Syarif.
Syarif mengaku takut karena Harkristuti dikenal kerap melontarkan pernyataan kritis pada setiap calon pimpinan KPK.
"Saya jadi ikutan takut," timpal Harkristuti.
Dalam proses wawancara, Syarif mengatakan, jika terpilih menjadi pimpinan KPK, dirinya ingin meningkatkan soliditas di internal lembaga tersebut. Ia juga ingin KPK fokus pada pencegahan dan penindakan korupsi di sektor sumber daya alam dan perpajakan.
Menurut dia, kedua sektor itu sangat penting dan sesuai dengan fokus yang diberikan Presiden Joko Widodo dan Ditjen Pajak.
Dalam pelaksanaannya, Syarif ingin KPK dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan Polri serta Kejaksaan Agung. Ia menilai pola komunikasi KPK dengan lembaga penegak hukum lainnya masih perlu diperkuat.
Dosen Fakultas Hukum di Universitas Hasanuddin itu melanjutkan, keberadaan penyidik KPK juga perlu diperkuat dari sisi jumlahnya. Ia beranggapan, KPK berhak mengangkat penyidik independen tanpa melibatkan kepolisian dan kejaksaan.
Selain itu, Syarif juga menyampaikan alasannya mengikuti seleksi sebagai calon pimpinan KPK. Selain karena keinginan pribadi, ia juga mengaku mendapat dukungan dari keluarga, orangtua, dan teman-temanya.
"Kejadian yang melanda KPK akhir-akhir ini, saya tidak mau melihat KPK begini. Akhirnya saya tergugah, dan saya pahami risikonya," kata Syarif.