Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capim KPK Ini Mengaku Takut Ditanya Salah Satu Anggota Pansel

Kompas.com - 25/08/2015, 15:51 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana wawancara tahap akhir calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (25/8/2015), diselingi peristiwa menggelitik. Pasalnya, salah satu calon pimpinan KPK, Laode Muhammad Syarif mengaku takut mendapat pertanyaan dari salah satu anggota Pansel KPK, Harkristuti Harkrisnowo.

"Saya takut," celetuk Syarif di tengah-tengah berlangsungnya proses wawancara di Gedung Setneg, Jakarta, Selasa.

Suasana langsung menjadi riuh dengan tawa Pansel KPK dan masyarakat yang menyaksikan jalannya proses wawancara.

Syarif mengaku, ketakutannya itu saat Ketua Pansel KPK Destry Damayanti menyudahi pertanyaan dari anggota Pansel Betti Alisjahbana. Destry mempersilakan Harkristuti untuk gantian mewawancarai Syarif.

Syarif mengaku takut karena Harkristuti dikenal kerap melontarkan pernyataan kritis pada setiap calon pimpinan KPK.

"Saya jadi ikutan takut," timpal Harkristuti.

Dalam proses wawancara, Syarif mengatakan, jika terpilih menjadi pimpinan KPK, dirinya ingin meningkatkan soliditas di internal lembaga tersebut. Ia juga ingin KPK fokus pada pencegahan dan penindakan korupsi di sektor sumber daya alam dan perpajakan.

Menurut dia, kedua sektor itu sangat penting dan sesuai dengan fokus yang diberikan Presiden Joko Widodo dan Ditjen Pajak.

Dalam pelaksanaannya, Syarif ingin KPK dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan Polri serta Kejaksaan Agung. Ia menilai pola komunikasi KPK dengan lembaga penegak hukum lainnya masih perlu diperkuat.

Dosen Fakultas Hukum di Universitas Hasanuddin itu melanjutkan, keberadaan penyidik KPK juga perlu diperkuat dari sisi jumlahnya. Ia beranggapan, KPK berhak mengangkat penyidik independen tanpa melibatkan kepolisian dan kejaksaan.

Selain itu, Syarif juga menyampaikan alasannya mengikuti seleksi sebagai calon pimpinan KPK. Selain karena keinginan pribadi, ia juga mengaku mendapat dukungan dari keluarga, orangtua, dan teman-temanya.

"Kejadian yang melanda KPK akhir-akhir ini, saya tidak mau melihat KPK begini. Akhirnya saya tergugah, dan saya pahami risikonya," kata Syarif.

Kompas TV 19 Calon Pimpinan KPK Jalani Tahap Wawancara Akhir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com