JAKARTA, KOMPAS.com - Calon anggota Komisi Yudisial (KY) yang berlatar belakang sebagai advokat, Sumartoyo, terang-terangan menyatakan dirinya mempersilakan kliennya dulu untuk menyuap hakim. Menurut dia, hal itu dilakukannya karena tidak bisa mengawasi gerak-gerik kliennya.
"Hal itu tidak bisa kami cegah. Saya bilang, 'jangan', tapi kan dia bisa melakukan itu. Untuk apa saya cegah untuk hal yang tidak bisa saya awasi," ujar Sumartoyo kepada panitia seleksi KY di Sekretariat Negara, Senin (3/8/2015).
Sumartoyo saat ini menjadi advokat di bawah naungan Peradi sejak tahun 2005. Sebelumnya, dia adalah tim hukum PT Telkom. Pansel pun bertanya soal pengalamannya sebagai advokat termasuk soal praktek suap-menyuap yang dilakukan advokat kepada hakim.
Sumartoyo mengaku dirinya tak pernah mau ikut memberikan suap karena dia tahu hal itu melanggar undang-undang. Namun, dia tidak bisa mencegah lantaran kliennya selalu menggunakan cara apa saja agar kasusnya dimenangkan.
"Banyak kasus pidana yang saya tangani, klien akan dekati ke hakim. Tapi saya bilang tidak akan mendampingi. Saya tidak menyuruh dan tidak melarang, karena saya tahu itu adalah suap. Sejauh mungkin saya hindari," tutur Sumartoyo.
Saat ditanyakan mengapa dia tidak menyatakan langsung mundur mendampingi klien saat tahu kliennya menyuap hakim, Sumartoyo menganggap bahwa hal itu terlalu ekstrem dilakukan. "Karena kehidupan peradilan masih begitu, siapa pun bisa memberikan keuntungan selalu didahulukan," kata Sumartoyo.
Tak hanya masalah suap, Sumartoyo juga mengakui dirinya memiliki sikap temperamental semasa awal berkarir. Pada tahun 1995-1996, dia bercerita pernah berkelahi dengan rekan kerja. Namun, Sumartoyo mengaku tobat dan bisa mengendalikan amarahnya setelah menjalani orientasi di Telkom.
Ketua Pansel KPK Harkristuti Harkrisnowo mengungkapkan pansel tidak hanya berbicara soal kemampuan, tetapi juga integritas, independensi, kepemimpinan, hingga hubungan sosial.
"Kami akan lihat dari semua aspek karena ini lembaga di mana semuanya menjadi pimpinan, sehingga harus ada pengalaman dalam memimpin yang baik," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.