Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahar Politik Ancam Pilkada Serentak

Kompas.com - 29/07/2015, 14:03 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Peneliti Para Syndicate Toto Sugiarto menilai, mahar politik masih tercium dalam pemilihan kepala daerah serentak yang akan digelar pada 9 Desember 2015. Praktik elite partai politik yang meminta sejumlah uang kepada calon yang akan diusung diyakini akan mengancam keberlangsungan pilkada.

"Sekarang sudah tak boleh lagi ada mahar politik. Tetapi ternyata kita dikagetkan, dengan adanya bakal calon kepala daerah di sejumah tempat yang dimintai mahar oleh parpol," kata Toto dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Toto mencatat, setidaknya sudah ada dua orang yang terang-terangan mengaku dimintai mahar politik oleh parpol yang akan mengusungnya. Pertama, kata dia, adalah Ketua DPC Gerindra Toba Samosir Asmadi Lubis yang mengaku dimintai mahar sebesar 2,5 miliar. (baca: Diminta "Mahar" Politik, Sebastian Salang Batal Jadi Calon Bupati)

Kedua, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Sebastian Salang yang dimintai mahar oleh parpol saat akan maju sebagai calon Bupati Manggarai, NTT.

"Keduanya akhirnya batal untuk maju," ucap Toto. (Baca: Kubu Aburizal: Banyak Calon Kepala Daerah Golkar Tersandera "Mahar" Politik)

Toto meyakini, masih banyak bakal calon kepala daerah lain mengalami hal yang sama dengan Asmadi dan Salang. Hanya, kata dia, mereka mau saja mengikuti keinginan partai politik untuk menyerahkan mahar.

"Hal yang dialami Asmadi dan Sebastian Salang ini, saya yakin cuma fenomena gunung es," ucap Toto. (baca: Tim Penjaring Calon Kepala Daerah Golkar Bantah Tetapkan Mahar Politik)

Dengan mahar yang besar, Toto meyakini, ketika terpilih nanti, mereka tidak akan mementingkan masyarakat yang sudah memilihnya. Sebaliknya, kata dia, kepala daerah justru akan mengupayakan berbagai cara untuk mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan sebagai mahar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com