Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moralitas Menyelamatkan Masa Depan

Kompas.com - 16/07/2015, 17:00 WIB


Oleh: HS Dillon

JAKARTA, KOMPAS - Sekitar medio Juni lalu Paus Fransiskus menyampaikan pesan "Laudato Si', mi' Signore", atau "Terpujilah Engkau, Tuhanku" dalam terjemahan bebasnya.

Kendati sesuai dengan tugas pokok dan fungsi seorang Paus, dokumen mengambil bentuk sepucuk surat kepada lingkar uskupnya, pada hakikatnya ensiklik ini merupakan pesan Paus kepada kita semua. Pesan yang bertajuk "merawat rumah bersama menghadapi perubahan iklim" langsung memicu respons berbagai negara.

Politikus yang dangkal dan ambisius, penganut agama Katolik sekalipun, menampik pesan seraya mendesak agar Paus tidak mencampuri dunia praktis mereka. Yang menyambut sangat antusias justru para pakar dan aktivis perubahan iklim, kesenjangan sosial,kemiskinan, sertakeadilan sosial lintas agama.

Apa sebenarnya yang disampaikan Paus Fransiskus? Dalam 180 halaman ensiklik, terungkaplah sebuah visi terpaut permukiman kumuh Buenos Aires dengan suatu konsistensi teguh keberpihakan kepada kaum papa. Dengan kelugasan mantan guru dan bahasa sangat menyentuh, Paus pada intinya menarik perhatian kita kepada rumah bersama kita yang sedang rusak dengan dampak menimpa semua, terutama negara dan penduduk miskin.Paus membidik konglomerat, maskapai energi, politikus tak berwawasan, ilmuwan vulgar, ekonom neolib, warga tak acuh, serta media yang rabun.

Paus Fransiskus menyesalkan ketakpedulian para penguasa, khususnya pemimpin negara kaya dan para industrialis, yang paling menikmati paradigma bahan bakar fosil sekarang. Ia juga mendakwa negara paling maju telah lebih dulu menikmati penggunaan batubara, minyak, dan gas bumi sehingga berutang sosial yang besar kepada negara berkembang.

Paus mendesak agar para penguasa mengubah pola hidup, produksi, dan konsumsi yang mengancam kelestarian menjadi cara merawat rumah bersama yang lebih bertanggung jawab.

Cara kita kini merawat lingkungan terkait erat dengan cara kita saling merawat. "Kita bukan menghadapi dua krisis yang berbeda, tetapi sebuah krisis kompleks yang melingkupi aspek sosial maupun lingkungan." Karena itu, hanya sebuah revolusi kultural yang beraniyang dapat menyelamatkan manusia dari sedotan spiral menghancurkan diri, wanti-wanti sang Paus.

Desakan Joko Widodo

Pada saat bersamaan, pada tataran negara-bangsa, Presiden Joko Widodo pernah mendesak pentingnya melaksanakan revolusi mental untuk menyelamatkan Republik. Wacana revolusi mental tentu lahir untuk mengadakan koreksi mendasar kepada paradigma pertumbuhan ekstraktif yang merusak lingkungan sembari meminggirkan rakyat kecil. Mungkin pesan Paus kali ini hadir tepat waktu untuk kembali mengingatkan kita pada janji Jokowi tersebut.

"Pujian kepadamu, ya Tuhanku", merupakan madah indah Santo Fransiskus dari Asisi, sosok yang sangat mencintai alam dengan segala makhluknya. Senandung ini mengingatkan bahwa rumah kita ini ibarat saudara perempuan, sahabat kita berbagi kehidupan, dan ibarat seorang ibu cantik yang merangkul kita mesra. Paus mengingatkan bahwa saudara perempuan kita sedang meratap kini karena manusia sudah melukai segala yang diberikan Tuhan kepadanya melalui tindakan tak bertanggung jawab. Manusia memandang diri sebagai tuan dan pemilik yang berhak merampok Ibu Pertiwi sesuka hati.

Kekerasan yang bermukim di hati kita dilukai dosa tecermin juga dalam gejala penyakit yang timbul di lahan, air, udara, dan segala bentuk kehidupan. Itu sebabnya Bumi yang sudah diperkosa terbilang di antara kaum miskin yang paling ditelantarkan. Kita sudah melupakan bahwa kita ini hanya debu, badan kita terbangun dari elemen-elemen Bumi, kita mengirup udaranya dan menerima kehidupan dan penyegaran melalui airnya

Karena itu, Paus Fransiskus menuntut negara maju harus melunasi utang ini dengan mengurangi konsumsi energi tak terbarukan dan membantu negara kurang mampumengimplementasi kebijakan dan program pembangunan berkelanjutan.

Nicholas Stern, ekonom Inggris, yang menerbitkan laporan sangat berpengaruh tentang perubahan iklim beberapa tahun lalu, menyatakan bahwa ensiklik Paus sangat bermakna karena dapat jadi tuntunan bagi pemimpin lain, terutama karena kegagalan kepala negara dan pemerintahan negara industri menampilkan kepemimpinan politik selama ini.

Aktivis Naomi Klein amat bersyukur bahwa Paus telah mengaitkan perubahan iklim dengan kapitalisme, peran ketakadilan ekonomi, konsumtivisme, dan mengajukan tuntutan agar negara maju melunasi utang sosial dan finansial kepada negara berkembang sebagai imbalan kerusakan planet selama ini. Mengutip langsung dari ensiklik: "Mindset yang menolak mengambil keputusan radikal untuk meluruskan tren pemanasan global adalah mindset serupa yang menghalangi tercapainya tujuan menghapuskan kemiskinan."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com